Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Masih Ingatkah Anda dengan Bahasa Pecuk?

8 Desember 2013   16:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:10 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13876977582117828228

[caption id="attachment_300489" align="aligncenter" width="500" caption="(ilust indisch3.com)"][/caption]

Menarik menelusuri glossarium bahasa pecuk (bahasa pasar zaman Belanda) yang saya dapatkan dari internet tapi tak jelas penyusunnya. Glossarium ini disusun secara alfabetis (dari A sampai Z) bak kamus, dan masing-masing kosakata diberi padanan dalam bahasa Belanda lengkap dengan contoh-contoh kalimatnya. Saya menemukan banyak kata yang nostalgik (bikin kangen) tapi juga belajar hal-hal yang baru. Menurut hemat saya cukup banyak istilah-istilah ini masih lazim dipakai dalam wacana lisan yang sering disebut dengan bahasa pasar.

Contohnya adalah pemakaian kata ‘sama’ yang dalam bahasa pasar bisa bermakna ‘kepada, oleh, dengan, dan’. Lihatlah kalimat-kalimat berikut yang justru lebih akrab dipakai oleh khalayak ramai ketimbang bahasa yang baku: Kamu pergi sama siapa? – Jangan bilang sama mama – Dia dipukul sama polisi – Ambilkan piring mangkok sama gelas – Rumahnya dibeli sama orang Arab – Uangnya tidak ada sama dia – Buah itu musti dikupas sama pisau. Anda sependapat kan bahwa pemakaian kata ‘sama’ yang secara tatabahasa keliru ini justru terasa lebih ‘normal’ dalam percakapan sehari-hari.

Saya menemukan juga kata ‘mantri’ yang di zaman sekarang merujuk pada perawat laki-laki. Padahal di zaman sebelum kemerdekaan, mantri adalah jabatan pegawai rendah yang menangani beragam kebutuhan publik, antara lain ada mantri polisi, mantri cacar, mantri ukur (pegawai agraria), mantri candu (pengawas perdagangan candu), mantri hewan (pengawas hewan ternak), mantri pes (pengawas penyakit pes), mantri perawat, mantri garam (pengawas perdagangan garam), mantri hutan (penjaga hutan), mantri pasar (pemungut sewa lahan pasar), mantri suntik, mantri ulu (pengawas distribusi air), mantri kusta (pengawas pasien kusta).

Yang menarik pada awal pembentukan sekolah dokter Jawa pada tahun 1852 oleh pemerintah kolonial Belanda, dokter Jawa ini disetarakan dengan jabatan mantri cacar yang berarti punya hak untuk diberi kehormatan diberi payung. Jadi ke mana pun dia bertugas, akan ada petugas yang menaunginya dengan payung yang pada zaman itu merupakan simbol status sosial yang sangat dibanggakan.

Saya juga menemukan kata ’nyaman’ yang menurut glossarium ini diserap dari bahasa Madura. Dalam penjelasannya disebut kata ’nyaman’ ini hanya dipakai di kawasan Jawa Timur. Ini menarik bagi saya, karena bahasa Madura yang diserap ke dalam bahasa Indonesia sangat langka dan hebatnya kata ’nyaman’ ini sudah menjadi kata favorit dalam wacana nasional. Kata lain yang menarik perhatian saya adalah ’paling’ yang menurut glossarium ini merupakan serapan dari kata Bali. Ini juga satu-satunya kata Bali yang diserap ke bahasa Indonesia yang saya ketahui, dan di situ diberi definisi ’ het meest, in de hoogste mate’ (bahasa Inggris: the most,in the highest degree).

Ada sejumlah istilah usang yang nostalgik seperti ’montor mabur’ atau ’montor muluk’ (vliegtuig = pesawat udara), juga ’montor’ (mobil) dan ’sepeda montor’ (sepeda motor). Ada kata ’semur’ yang rupanya diserap dari kata Belanda ’gesmoord’ (direbus) yang diberi makna ’ vlees met kruiden gesmoord’ (daging yang direbus dengan rempah-rempah). Lalu istilah ’lulur’ atau ’daging lulur’ (dalam bahasa Belanda ’de haas’/ daging has), juga sebutan ’bawang timur’ untuk bawang putih. Tak ketinggalan ada kata nostalgik ’sepèn’ yang mengingatkan saya pada ’ruang penyimpanan bahan-bahan makanan’ waktu masa kecil di Surabaya yang rupanya diserap dari kata ’ dispens-kast’ (kotak dispenser). Ada lagi istilah ’jaman meleset’ yang nampaknya diserap dari kata ’maleise tijd’ yaitu masa di sekitar tahun 1930-1940 di mana dunia mengalami krisis ekonomi sehingga banyak orang jatuh melarat. Mungkin sekali kata ’meleset’ ini tadinya mengacu pada istilah Belanda ’maleise’. Dalam bahasa medis juga ada ’malaise’ yang bermakna ’lesu lunglai karena sakit berat’.

Bahasa pecuk memang bahasa pasar yang mencampur-adukkan berbagai elemen, namun nampaknya dia masih berjaya dipakai dalam perbincangan non formil dan ... unik, menurut saya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun