[caption id="attachment_77296" align="alignleft" width="300" caption="silat lidah"][/caption]
Hari-hari ini kita akan disuguhi suatu pertunjukan yang sama sekali tidak menghibur, tidak bernilai dan tidak mencerahkan yaitu ‘silat lidah’. Anda semuanya tentu mafhum akan apa yang saya maksudkan. Silat lidah didalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai ‘berdalih atau memutarbalikkan perkataan’.
Berbicara atau berdiskusi dengan orang yang pandai bersilat lidah dapat diibaratkan seperti menonton atraksi ’tong setan’ dimana seorang pengendara sepeda motor berputar-putar dalam sebuah bulatan kerangka besi. Kita akan kehilangan orientasi, kehilangan logika, bahkan kehilangan kata-kata.
Orang yang bersilat lidah sangat pandai menyembunyikan fakta-fakta yang merugikan dirinya dan menonjolkan hal-hal yang menguntungkan dirinya. Dia punya segudang ’amunisi’ argumentasi untuk menghantam ucapan kita. Dia bisa memutar balikkan perkataan dan menyerang balik kepada diri kita seperti sebuah bumerang.
Saya teringat akan sebuah perseteruan antara dua orang selebriti wanita soal pelecehan. Ketika ditanyai komentarnya oleh para wartawan mengenai insiden dengan seorang aktris dalam sebuah pesta, si selebriti ini menjawab: ” Siapa itu dia ? Nggak level lah.” Ketika tuntutan hukum akan dilayangkan atas penghinaan ini maka jawab si selebriti : ” Yang nggak level itu saya.” Dengan kepiawaian silat lidah dia bisa mengubah ’dia tidak level dengan saya’ menjadi ’saya tidak level dengan dia’.
Seorang pesilat lidah tidak akan pernah menjawab pertanyaan kita. Dia akan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan (answer your question with a question). Kalau kita bertanya : “Mengapa bapak mengatakan hal itu?” maka akan dijawabnya : “Mengapa tidak?” atau “Menurut pendapat kamu apa?”. Salah satu jurus pesilat lidah adalah mengucapkan double atau triple negative. Dia akan mengatakan : “Tidak mudah bagi saya untuk tidak mengatakan bahwa hal itu tidak salah.” Anda yang mendengarkan ucapan seperti ini bisa langsung limbung kehilangan orientasi.
Seorang pesilat lidah juga punya tagline ampuh untuk mengkounter serangan dari lawan bicaranya. Salah satunya adalah kata ’justru’. Ketika dinyatakan bahwa bahwa perbuatannya itu melanggar hukum maka dia akan menungkas : ”Saya justru melaksanakan mandat institusi yang dipercayakan kepada saya.” Dia juga akan menggunakan ’absolutisme’ untuk membuat kita terkapar. Dia akan menggunakan tagline ’semua orang setuju....’ atau ’sampai kapanpun....’. Dia bisa membuat kita merasa seperti ’orang aneh’ dan langsung minder.
Buat seorang pesilat lidah adalah pantang untuk mengakui kesalahannya. Apabila tersudut dia akan berpura-pura tidak mengerti (pertanyaan dan jawabannya tidak nyambung), atau mengatakan : ” Itu bukan urusan saya” atau menggunakan senjata pamungkasnya ’pokoknya’. ”Pokoknya saya merasa tidak melakukan kesalahan”, kata seorang pejabat yang dicecar dengan berbagai pertanyaan.
Memang cukup menyedihkan bahwa masih banyak orang-orang suka bersilat lidah dan tidak mengedepankan integritas. Padahal integritas ini adalah esensi dalam kehidupan manusia. Bukankah ada maxim : ’Kalau engkau kehilangan uang, engkau akan kehilangan sebagian kecil dari dirimu, tetapi kalau engkau kehilangan kepercayaan, engkau akan kehilangan segalanya’.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI