Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Angkatan Puisi Hohakhohok

27 Januari 2018   15:51 Diperbarui: 27 Januari 2018   22:41 1089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin, Jumat, 26 Januari 2018, dunia sastra Indonesia 'digemparkan' oleh berita Telah Lahir Angkatan Puisi Esai yang disiarkan oleh harian Republika. Pada bagian akhir berita itu tertulis "sumber : Antara". Di Antaranews tertulis judul beritanya Sastrawan : 2018 jadi kelahiran angkatan puisi esai. Sementara harian Suara Pembaruan memberi judul beritanya, Denny JA: 2018 Jadi Tonggak Lahirnya Angkatan Puisi Esai.

Telah lahir "Angkatan Puisi Esai". Siapakah yang "melahirkan" angkatan itu?

Ya, siapa lagi kalau bukan Denny J.A. (DJA), yang pada 2012 mengklaim temuannya bernama "puisi esai". Buktinya apa jika DJA yang "melahirkannya"? Ya, dari isi berita "Telah Lahir..." itu.

Lho, apakah DJA itu benar-benar sastrawan, bahkan memiliki "otoritas" (wewenang) penuh untuk sebuah "kelahiran" di ranah sastra?

Mungkin sudah "dibuahi" oleh Jamal D. Rahman yang pemimpin redaksi majalah sastra itu, serta kawan-kawannya, melalui buku "33 Tokoh..." pada awal 2014. "Dibuahi", "hamil", maka "lahir angkatan puisi esai". Sederhana saja prosesnya, 'kan?

Terus, di mana proses "kelahiran" tersebut? "Dalam siaran persnya," tulis Republika. Sumbernya, Antaranews, menuliskan "di Jakarta". Sementara Suara Pembaruan tidak menuliskan nama tempatnya.  

Dalam siaran persnya di Jakarta. Ya, begitu. Lha, siapakah dokter ahli kandungan, bidan, dukun beranak, atau paramedis yang berkompeten di sana? Baik Republika, Antaranews, maupun Suara Pembaruan sama sekali tidak menyebutkan "siapa" atau "pihak berkompeten" yang berada di "tempat kelahiran" itu.

Di Jakarta tetapi tidak disebutkan "siapa" atau "pihak berkompeten" yang berada di "tempat kelahiran" itu. Padahal di Jakarta, paling tidak, ada Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), yang memiliki divisi khusus sastra, Komite Sastra.

Mengapa DKJ tidak berada di tempat kelahiran? Entahlah karena Penyair Rukmi Wisnu Wardani pun sudah 'menyinggung' dengan berpesan, "Ingin dengar Suara Dewan Kesenian Jakarta."

Selain DKJ, ada lagikah? Di sana juga ada Universitas Indonesia, dimana menjadi tempat mengajarnya Sapardi Djoko Damono (SDD) yang terkenal dengan Hujan Bulan Juni, Mencintai dengan Sederhana, dan Dukamu Abadi. Tetapi, di tempat "kelahiran" itu tidak diberitakan kehadiran SDD, kecuali "Denny mencontohkan sastrawan Sapardi Djoko Damono (2012)..." dalam berita Antaranews.

Jakarta juga merupakan pusat bagi banyak lembaga atau kelompok. Di antaranya, Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI), dan Komunitas Sastra Indonesia (KSI). Paling tidak, ketika muncul kabar "Telah Lahir..." itu kalangan akademisi atau komunitas terkait yang bisa-biasa menanggapi dengan kajian yang ilmiah. Tetapi tidak disebutkan kehadiran dari perwakilan mereka, baik oleh Republika, Antarnews maupun Suara Pembaruan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun