Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebutir Emas Saja

13 November 2017   04:15 Diperbarui: 13 November 2017   05:01 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Banyaklah pasir daripada sebutir emas saja
Matahari menyambar seluruh alur sungai kecil
Tetap kudulang sebelum senja memanggil

Aku datang mendulang tidak untuk menantang
Sebuah kitab besar menunjuk peta kembara
Gunung bukit belantara gurun lembah
Di sungai ini sebutir emas tertulis namaku
Warisan tidak tertakar sepulau permata
Sebenua berlian selaut jadeite sesamudera mutiara

Sebutir emas tidak sekerikil kelingking
Pasir-pasir membanjir dulang sepanjang hari
Kelelawar-kelelawar segera berkabar
Kembalilah esok dan esoknya lagi
Sampai sebutir emas mengunjuk diri

Dalam jantung hatiku hanya darah tebusan
Memompa dada mendongrak kedua kaki
Tak'kan gemetar kedua lenganku mendulang

Darah dijerang matahari menjadi keringat
Persembahan sekujur diri bakti kepada  semesta

Banyaklah pasir bukan kumpulan kutukan
Mendapat kerikil nadiku tidak letih berdenyut
Esok-esok dulang pasti terus menari
Kulitku gosong keringat berai mendialog sungai
Sebutir emas disembunyi para penunggu

Wahai penunggu tiada kuku taring runcing gentarkanku
Pantang menyingkir tanpa sebutir emas tertulis namaku
Darah tebusan adalah jaminan atas kekalahan kekalmu

Tarian dulang berbusana keringat darah
Nyanyian burung-burung liar merayu-rayu
Elusan aliran sungai membujuk-bujuk
Para penunggu akhirnya luluhkan batu
Sebutir emas saja  lepas ke dulangku

Matahari membakar hanya kulitku
Dalam relung syukur dan sukacita memadam bara
Sebutir emas saja seperti hujan deras kemarau
Namaku tertulis dengan lelehan darah raja abadi

Tidak kutukar emas dengan pabrik gudang plastik
Meski sebutir saja darah tebusan membayar lunas

*******
Kelapa Lima, Kupang, 13-11-2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun