Mohon tunggu...
Just a Joke
Just a Joke Mohon Tunggu... Joker

😵😩👹

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Pertigaan (I)

16 Februari 2025   04:19 Diperbarui: 16 Februari 2025   04:51 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertigaan dimaksud (sumber: tangkapan layar google map di lokasi sebenarnya, koordinat tidak dipublikasikan)

Jalan aspal di depan Taman Makam Pahlawan (TMP) itu semula tak bercabang. Lalu jalan setapak di samping TMP diperlebar, tembus sampai SMAN II di samping kantor Kecamatan jauh di selatan kota setelah sawah-sawah dan kebun-kebun di kiri kanan jalan dikapling-kapling. Lalu jalan itu diaspal. Lalu ada trayek angkot lewat situ. Lalu sudut timur laut TMP itu sampai sekarang jadi pertigaan ramai. Orang menyebutnya Pertigaan Pahlawan.

Makin ke sini pertigaan makin ramai karena kendaraan yang lalu lalang makin banyak seiring utang di kantor leasing makin gampang. Bahkan kerap di-onyor-onyor-kan dari rumah ke rumah oleh mbak-mbak cantik dan mas-mas ganteng berseragam yang mulutnya licin menjelaskan betapa gampang dan cepat mewujudkan impian punya kendaraan.

Warung-warung kemudian bermunculan seperti jamur di musim jamur di pinggiran pertigaan yang memungkinkan. Gerobak rokok, tenda bubur ayam, angkringan, gudheg lesehan... Juga pedagang asongan yang sengaja bikin kemacetan agar bisa merangsek ke tengah jalan. Baligo berbayar dan liar, dan spanduk-spanduk, menjadi penghias pertigaan. Bambu-bambu penyangganya menjajah pedestrian. Dan seterusnya, dan sebagainya...

***

Kang Germo, (mucikari insyaf tapi nama aslinya kadung larut dalam profesi lamanya) yang sekarang jadi juru kunci TMP, sering merasa gabut. Pasalnya, makam haya dikunjungi peziarah setahun sekali dan tidak pernah ada lagi pahlawan yang mati. Maka, ketika pada suatu siang terik dan semrawut terjadi kemacetan dan ribut-ribut di pertigaan, nuraninya berontak. Naluri kemanusiaannya bergejolak.

Kang Germo (sumber: meta ai)
Kang Germo (sumber: meta ai)

Belakangan, mungkin karena jarum jam bergerak makin cepat, kendaraan kerap bersirebut ruang senggang di pertigaan. Yang dari selatan hendak ke timur atau ke barat tak mau mengalah pada kendaraan yang dari timur mau ke barat atau ke selatan dan yang dari barat mau ke selatan atau ke timur. Ditambah hilir mudik Manijan, pengasong tahu asin, lumpia, kacang goreng, dan macam-macam minuman, sempurnalah keruwetan di pertigaan. Tentu diiringi klakson bersahutan dan caci maki dari mulut-mulut pengemudi yang tak sabaran.

Tapi siang itu sudah keterlaluan. Sopir angkot dan anak sekolah yang bawa motor terlibat tonjok-tonjokan. Maka, berbekal niat baik, Kang Germo turun ke jalan. Dibantu para pedagang pinggir pertigaan dan orang lewat, kericuhan berhasil diredam. Yang berantem dipaksa saling memaafkan. Sudah itu, sebisanya Kang Germo mencoba mengurai kemacetan.

Tak gampang, ada mobil sedan dari selatan mau ke timur kepergok bus mikro plat kuning dari timur yang tadi menyalip angkot warna biru sarat penumpang. Dari arah barat, kuda penarik dokar yang terjebak kemacetan meringkik-ringkik panik oleh bunyi klakson dan teriak-teriak tak karuan. Barisan kendaraan kian mengular di tiga penjuru mata angin. Matahari menatap tempat kejadian perkara dengan mata menyala, menambah panas suasana.

Bagian paling kisruh kita skip saja karena kata-kata tak mungkin bisa mengilustrasikan peristiwa sesungguhnya dengan sempurna. Semisal dibuat sketsa pun malah kelamaan bikinnya. Jadi, kita langsung ke jam tiga saja ketika peristiwa bersejarah itu ditakdirkan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun