Mohon tunggu...
Taufiq Hidayat
Taufiq Hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

anak kemarin sore dalam dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelajar Bergerilya dalam Bingkai Kemanusiaan

5 April 2020   11:06 Diperbarui: 9 April 2020   13:29 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hemat penulis, bahasa kemanusiaan di abad kebijaksanaan ini sangat tabu dan aneh ditemukan di sudut-sudut kota, mungkin tiap-tiap dari kita gandrung akan munculnya kemanusiaan ke permukaan yang sudah lama tenggelam, rupanya seperti memancing ikan ditengah samudra. banyaknya cibiran yang menggurita.

Sikap rebahan yang mengarang dan mentalitas yang suka menerabas, penulis memberanikan mengangkat wacana ini ditengah mewabahnya coronavirus disease (Covid-19). Rasanya subyektivitas diperlukan dijaman post-modernism ini untuk percaya diri, sebab hari ini, kehadiran kebenaran dianggap relatif, bukan begitu??

Ditengah melanda wabah virus corona di indonesia bahkan sudah kurang lebih 190 negara terserang, lagi-lagi pelajar ditantang untuk mengambil sikap yang sangat anggun nan kreatif bagi dirinya sendiri dan untuk khalayak ramai. Yang katanya pelajar mesti bergerilya #dirumahaja baik di media sosial maupun di kehidupan nyata??. 

Menarik rasanya untuk menyikapi bergerilya atau berkarya khususnya dikalangan pelajar, banyak hal yang bisa dilakukan bagi para pelajar ketika sedang terjadi peristiwa saat ini. Bukannya Indonesia akan mengalami masa ke-emasan di 2045?? Bukannya pelajar mesti naik panggung---punya peran??

Kemampuan atau kapasitas diri yang unik dan nyentrik itu sangat dibutuhkan bagi dirinya sendiri untuk menyeimbangkan dengan laju percepatan dunia yang sangat cepat dan untuk kemaslahatan masyarakat sekitar. 

Dimedia sosial sekarang sudah menjadi ruang dalam bergerilya, baik dalam bentuk podcast, feed-feed di instagram dan bahkan menjadi konten kreator di youtube. 

Beberapa kemampuan dasar atau sofskills yang mesti terpatri dalam jiwa pelajar; menulis, membaca, melek finansial atau managemen finansial dan lain sebagainya Seringkali Fahd Pahdepie mencanangkan bahwa abad ini disebut abad konseptual, yang dimana orang-orang hari ini mesti memiliki gagasan untuk ditawarkan kepada dunia beda hal nya dengan abad informasi. 

Penulis kali ini hendak menggedor-gedor karang-karang kemalasan---sikap rebahan dikalangan pelajar agar tidak terserak di pinggir-pinggir sejarah peradaban. Penulis kaitkan dengan istilahnya antropolog Koentjaraningrat yaitu "mentalitas yang suka menerabas", apa itu?? 

Maksud dari istilah itu adalah ingin cepat kaya dengan jalan pintas tanpa kerja keras, atau yang biasa disebut "mentalitas mumpung". Penyakit ini menjangkiti berbagai kalangan dalam jangkauan radius yang luas, tidak terkecuali dari kalangan para kyai dan tokoh agama.

Dalam ilmu budaya dikenal istilah trendsetter, orang-orang yang membawa atau mengatur trend. Pelajar yang merupakan motor penggerak lagi-lagi mesti memahami atau mengetahui istilah itu. sekarang di media sosial banyak challange-challange yang terbarukan, yang salah satunya until tomorrow. 

Banyak dari kita ikut serta atau berpartisipasi untuk menyemarakkan challange tersebut, walau betul apa yang dikatakan soe hok gie, cuma hanya ada dua pilihan terbawa arus atau apatis. Tapi dilihat dari perspektif lain, apakah ingin penuh dengan kesia-sia hidup ini?? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun