Mohon tunggu...
Taufiq Hidayat
Taufiq Hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

anak kemarin sore dalam dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Siapa atau Apa Tuhan?

29 Februari 2020   03:07 Diperbarui: 29 Februari 2020   09:43 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hemat penulis, pemahaman agama di era globalisasi bertendensi semakin sempit, literal, kaku, dogmatik dan radikal. Tampaknya manusia era ini tidak hendak meng-claim begitu saja dogma-dogma yang ada, melainkan mesti mampu menawarkan gagasan atau dogma yang mampu mendobrak nalarnya. Penulis senantiasa mengawal pembaca dalam merefleksikan nalar. Tapi seringkali penulis menilai diri sebagai butiran debu

Dewasa ini, implikasi berbagai momentum seperti revolusi industri 4.O dan era disrupsi mengangkut persepsi baru dalam realitas bumi manusia, Ihwal siapa atau apa Tuhan kerap kali dipertanyakan. Kritik penulis, Manusia yang sedang atau akan memproyeksikan realitas bumi yang akan datang seakan menafikan eksistensi dan esensi Tuhan. Pengkultusan nalar dalam perumusan gagasan dengan dalih kemaslahatan yang menjadi faktor utama penafian Tuhan. Manusia yang semakin cerdas dan pandai malah meng-alienasikan individunya dari apa yang namanya Tuhan. Nilai-nilai ketauhidan yang terpatri seolah tidak mampu menuntaskan atau menandaskan problematika sosial. 

Eksistensi Tuhan bukan sebuah kenihilan semata, pun bukan hadir atas sifat kreatif imajinasi manusia. Tapi kontradiktif dengan observasi yang dilakukan Kareen Amstrong tentang sejarah persepsi umat manusia tentang Tuhan—(Sejarah Tuhan), bahwa kaum monoteis—rahib, pendeta dan sufi—menyatakan dalam keadaan tertentu Tuhan merupakan produk kreatif imajinasi. Ketimbang menunggu Tuhan turun dari ketinggian, lebih baik mengahadirkan Tuhan pada diri sendiri. Dan hingga akhirnya kaum monoteis ada yang menyatakan bahwa 'Tuhan tidak sungguh-sungguh ada, melainkan 'dia' merupakan realitas terpenting di dunia.

Dalil teoritis yang disajikan para filosof agamis tentang kehadiran-Nya, seperti Immanuel Kant menyatakan didalam tesisnya bahwa kebenaran adanya Tuhan adalah kebenaran postulat, tingkatan kebenaran tertinggi, kebenaran yang tidak dapat dijangkau oleh indera, akal dan pengetahuan. Pun pada Rene Descartes, didalam perkataan yang populer nya 'Cogito Ergo Sum' artinya 'aku berpikir maka aku ada', lantas siapa yang mengadakan aku, mesti Dia lah Dzat yang benar-benar ada wujud-Nya. Dan pula teori Braise Pascal bahwa pengetahuan tentang tuhan adalah pengetehuan tingkat pertama manusia yg tidak perlu memicu adanya perdebatan. 

teori yang membuktikan adanya Tuhan, menurut teori kosmologis, kosmos yang berarti alam semesta, berarti melalui teori ini kita membuktikan adanya Tuhan melalui alam semesta. Di dalam realitas alam semesta sesuatu itu pasti bergerak, didalam konsep gerak, sesuatu yang bergerak itu pasti ada penggerak nya. Didalam teori ini Tuhan dinyatakan penggerak pertama di alam semesta yang tak bergerak sekalipun. Menurut teori ontologis, membuktikan adanya Tuhan itu dikembalikan lagi pada diri Tuhan, sebagai contoh 'kerudung ini biru', kalian bisa menyebutkan biru karena biru itu sendiri ada, sama hal nya dengan wujud Tuhan ada, ada itu ada karena ada.

Lantas nilai-nilai ketauhidan yang terpatri dalam diri mesti mampu sedikit membawa pergeseran dalam tatanan sosial. Sufistik yang menjadi dalih meng-alienasi diri dari lingkungan malah bukan menjadikan realitas sosial membaik tapi malah mengawal dunia kepada keterburukan. Padahal secara khazanah islam, niat Muhammad meng-alienasi diri di Gua Hira itu untuk berkontemplasi sejenak sebab problematika sosial yang sangat kompleks, lantas wahyu turun yang dimediasi Jibril dari  Tuhan itu menjawab segala persoalan sosial  arab kala itu kepada Muhammad. Tidak malah menjadikan  Muhammad kembali ke gua Hira untuk senantiasa terus meng-alienasi kan diri. 

Subyektivitas yang dibangun penulis berusaha menjawab kekeliruan yang terjadi, yang sering kali penulis membahaskan dengan Proyek kemaslahatan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun