Mohon tunggu...
Gusblero Free
Gusblero Free Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Freelance

Ketika semua informasi tak beda Fiksi, hanya Kita menjadi Kisah Nyata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Maka Bertasbihlah Wahai Pemimpin

25 Maret 2020   14:18 Diperbarui: 25 Maret 2020   14:33 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tasbih - olahan pribadi

Sudah mendekati satu bulan semenjak kita dicemaskan mewabahnya virus Covid-19 atau yang lebih dikenal dengan virus Corona. Ada 55 pasien meninggal dan 30 sembuh dari total 686 kasus yang ada di Indonesia. Sementara itu, jumlah kasus virus corona di seluruh dunia telah menyerang hingga 168 negara dan mencapai 417.582 kasus dengan 107.247 pasien sembuh dan 18.612 meninggal dunia (25/3/20).

Beragam cara telah dilakukan untuk menghadapi musuh yang tak kasat mata ini. Sebuah perang yang tak mungkin dimenangkan. Karena berperang melawan virus sama saja berperang dengan penyusup yang susah diidentifikasi. Tahu-tahu korban tumbang, dan selebihnya kita juga tak pernah tahu seberapa jauh sang virus sebenarnya telah menginvasi.

Juga tak pernah ada pahlawan dalam perang ini. Tak akan pernah ada pahlawan. Paramedis yang telah berjibaku sepanjang hari hingga di raut wajahnya tercetak bekas pemakaian masker itu. Apakah ia pahlawan? Tidak juga. Kita tidak pernah menganggapnya begitu.

Para tentara yang mati di medan perang, para polisi yang mati di jalan, paramedis yang mati ketika menangani urusan kemanusiaan. Kita menyebutnya resiko dari sebuah pekerjaan. Naifnya kita. Di sisi lain kita meminta extra time atas bertambahnya pekerjaan sebagai lemburan, dan untuk sesuatu yang sifatnya urgen kita meminta alokasi anggaran khusus.

Hari ini kita melihat berapa banyak paramedis terus berjuang setengah mati, hingga beberapa diantaranya bahkan telah mati. Dan apa yang tengah kita lakukan? Nothing.

Kita bersembunyi di dalam rumah, menggerutu karena terhalang yang kita mau. Dalam kegentingan kita menciptakan drama. Hidup saya terus bagaimana, sampai kapan harus menunggu waktu, dan sebagainya dan lain-lainnya. Alangkah dhalim-nya kita semua.

Ada batas-batas kemampuan seorang manusia. Bahkan bagi manusia sekelas seorang Nabi sekalipun. Ada banyak riwayat mengisahkan itu. Ada banyak pelajaran bisa dipetik. Ada banyak tuntunan kemudian bisa kita lakukan bersama-sama. Seperti misalnya kisah yang terjadi pada Kanjeng Nabi Yunus AS.

"Dan jika Allah menimpakan marabahaya kepadamu, maka tidak ada yang bisa mengangkatnya kecuali Dia. Dan jika Allah menginginkan kebaikan kepadamu maka tidak ada yang bisa menolak karuniaNya. Allah memberikan kebaikan kepada siapa yang Dia kehendaki dari para hambaNya dan Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Yunus: 107)

Berapa banyak terjadi wabah, epidemi, dan bencana lainnya di dunia ini, kemudian Allah menyelamatkan hamba-hamba-Nya dari kesemua ujian-ujian itu. Disebabkan semua juga terjadi atas izin-Nya, barangkali Allah juga tengah menguji bagaimana selanjutnya kita akan bersikap.

Maka bertasbihlah wahai para pemimpin. Maka bertasbihlah negeri yang konon menjadi pemeluk Islam terbesar di dunia ini. Allahumma laa ilaha illa Anta Subhanaka inni kuntu minadh dhalimin, Yaa Allah tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dhalim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun