Mohon tunggu...
Sholahuddin
Sholahuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Pekerja Media

Laki-laki pencari Tuhan. Lahir di Boyolali, Jateng. Bekerja di sebuah penerbitan pers di Solo.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hobi (Jangan) Bikin Ribut...

26 Agustus 2019   11:45 Diperbarui: 26 Agustus 2019   11:49 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam situasi apapun, entah terbuka atau tertutup, tidak boleh ada anak manusia di muka bumi mengejek orang lain, dalam hal apapun.

Sama-sama kita pahami kondisi sosial masyarakat kita saat ini sangat sensitif, apalagi sesuatu yang menyangkut hal yang paling esensial setiap individu : baik itu menyangkut identitas agama, suku, golongan, dan sebagainya, masyarakat akan sangat mudah bereaksi. Antar anggota masyarakat saling curiga pada tingkat tinggi. 

Dalam terminilogi sosiologis, saat ini kita berada pada kondisi konfliktual. Dalam kamus sosiologi, konflik adalah  the overt struggle between individuals or groups within a society, or between nation state atau pertentangan antarindividu atau antarkelompok dalam sebuah masyarakat atau antara negara atau bangsa.

Hampir sejalan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konflik adalah percekcokan; perselisihan; pertentangan. Artinya kondisi masyarakat saat ini sebenarnya sudah berada pada posisi konfliktual. Meski masih bersifat laten atau tersembunyi, namun kondisi ini perlu manajemen konflik yang bagus. 

Hal ini agar konflik laten ini tidak berubah menjadi konflik manifest atau konflik secara nyata. Kalau konflik laten sudah menjadi nyata, apalagi konflik yang melibatkan persinggungan fisik, maka ini akan bisa mengancam integrasi bangsa. Dampaknya sangat destruktif.

Berkaca dari realitas sosiologis seperti ini, maka para pemuka agama, penceramah agama mesti bijak dalam menyampaikan ceramah. Tidak menyampaikan sesuatu yang dapat memancing keriuhan massa. 

Sebab bila ini terjadi akan kontraproduktif. Memancing perdebatan yang melelahkan. Tapi tidak ada aspek positif yang bisa kita ambil.

Biarlah istilah mayoritas dan minoritas hanya berhenti sebatas kategori sosial, mempermudah untuk membuata analisis sosial. Sekadar istilah saja. Keduanya tetap berada dalam relasi yang setara. Bukan relasi superior-inferior, penguasa-dikuasai, bukan relasi di atas hukum dan di bawah hukum. Itu ideal type masyarakat yang saya inginkan.

Saya tidak ingin kembali minum obat anti nyeri untuk mengusir rasa penat di kepala saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun