Mohon tunggu...
Sholahuddin
Sholahuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Pekerja Media

Laki-laki pencari Tuhan. Lahir di Boyolali, Jateng. Bekerja di sebuah penerbitan pers di Solo.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hobi (Jangan) Bikin Ribut...

26 Agustus 2019   11:45 Diperbarui: 26 Agustus 2019   11:49 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Parpol minta jatah kursi, ya itu memang pekerjaannya sejak dulu. Bedanya ada yang masih malu-malu, lobi-lobi, kasak-kusuk di belakang layar, ada yang tanpa urat malu mengemukakan di depan panggung. Ya seperti yang minta 10 menteri tadi. Ah, sudahlah...

Tapi ketenangan saya tiba-tiba terusik. Di media sosial ramai beredar video seorang penceramah agama yang dinilai merendahkan agama lain. Iseng saya mencari videonya. 

Saat menonton ceramah itu, leher saya terasa tercekik. Lidah terasa kelu. Minum teh manis gula batu bikinan istri saya pun terasa pahit. 

Saat menonton video itu pun saya memprediksi, pasti akan ada aksi balasan. Benar saja, beberapa waktu kemudian beredar video serupa, penceramah agama B melecehkan keyakinan agama A. Saya bisa memprediksi "aksi saling balas" karena mengacu dari berbagai pengalaman sebelumnya.  

Saya perlu untuk gelisah karena isu ini sangat sensitif, bukan isu elite. Lihat saja di media sosial, kasus ini jadi perdebatan seru yang mengkhawatirkan.

Kasus ini sangat disayangkan. Kok masih ada tokoh agama yang menyampaikan seruan agama dengan merendahkan agama lain. Tentu saja hal ini sangat-sangat tidak bijak. 

Apalagi tidak ada iktikad baik dari si tokoh tersebut untuk mendinginkan suasana. Tak ada kata maaf. Yang keluar justru apologi-apologi teologis, seolah-olah apa yang dilakukan adalah panggilan keyakinannya. Syaraf kepala saya tiba-tiba kembali tegang. Waduh....

Padahal sang penceramah bisa saja menyampaikan keyakinan teologisnya tanpa harus disertai ucapan dan tindakan yang dapat dimaknai melecehkan keyakinan agama lain. 

Pilihan kata, gestur tubuh yang tetap menjunjung tinggi semangat keberagaman. Boleh saja kita mendiskusikan perbedaan ajaran agama selama dilakukan dalam suasana dialogis dengan tetap menjunjung tinggi penghargaan atas keyakinan orang lain.

Dunia Datar

Dalam dunia kian datar--pinjam istilah Thomas Friedman--nyaris tak ada lagi ruang yang tertutup. Orang begitu mudah membuka ruang tertutup itu untuk kemudian dibuka ke seluruh dunia hanya dengan sentuhan jari. Argumen bahwa ceramah itu dilakukan di ruang "tertutup" juga tidak menemukan dalil logis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun