Mohon tunggu...
Sholahuddin
Sholahuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Pekerja Media

Laki-laki pencari Tuhan. Lahir di Boyolali, Jateng. Bekerja di sebuah penerbitan pers di Solo.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Koran dan Siklus Umur Produk

9 April 2018   13:40 Diperbarui: 12 April 2018   15:23 2241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (tricorners.wordpress.com)

Dengan adanya beberapa keunggulan itu apakah lantas internet akan melibas begitu saja industri media cetak? Atau dengan kata lain akan mematikan pers cetak? Jawabnya nanti dulu....

Pengalaman temuan teknologi baru yang lebih mudah, murah simpel memang sempat membuat industri tertentu mengalami guncangan hebat. Teknologi video melalui kaset, TV compact disk (CD) dan disusul internet dituduh sebagai biang keladi runtuhnya industri bioskop di Indonesia. Orang lebih suka nonton film di rumah ketimbang pergi ke bioskop. 

Saya ingat sewaktu masih kuliah (era 1990-an) , di Solo begitu banyak gedung bioskop. Konsumen begitu banyak pilihan, dari kelas murah hingga kelas elit.  Tapi dalam tempo tak begitu lama banyak gedung bioskop bertumbangan. Hanya menyisakan sebagian kecil saja bioskop di Solo.

kondisi bertolak belakang kini terjadi. Industri film kembali menggeliat. Gairah orang untuk menonton film di bioskop meningkat. Orang tak puas hanya menonton film di rumah. Sensasinya kurang. Gak bergengsi, tidak bisa melihat situasi di luar....  

Orang pergi ke bioskop tak semata-mata untuk menonton film tapi juga untuk kegiatan leisure, kegiatan mengisi waktu luang untuk bersenang-senang. Apalagi aktivitas menonton film bisa ini "dipamerkan" di media sosial. Sebuah tren gaya hidup baru masyarakat....

Industri batik di sentra-sentra batik di beberapa daerah juga pernah hampir runtuh. Batik-batik tulis yang dibuat dengan sentuhan seni dan ketelitian terancam dengan batik yang dibuat secara massal dengan mesin industri. Tentu saja dengan harga jual lebih murah. Temuan teknologi membatik secara massal mengancam batik-batik tulis. 

Namun beberapa tahun kemudian pamor batik kembali meningkat. Kampung-kampung batik di Solo yang dulu hampir punah kini hidup kembali. Apalagi setelah pemerintah menetapkan  tanggal 2 Oktober sebagai hari batik nasional. Banyak perusahaan yang mewajibkan karyawannya memakai baju batik pada hari-hari tertentu, Jumat, misalnya. Hal ini akan meningkatkan permintaan akan batik. Industri batik mulai menggeliat. Batik tulis yang mahal mengundang sensasi lain, bergengsi, yang kini memang lagi diburu orang.

Theodore Levitt, seorang pakar pemasaran dari Harvard Business School Amerika Serikat  memprediksi, setiap produk itu memiliki siklus umur seperti siklus umur manusia. Fase-fase umur produk itu antara lain masa perkenalan (introduction), masa pertumbuhan (growth), masa kematangan (maturity), serta penurunan (decline).

Kalau melihat dari ciri-cirinya, media cetak saat ini bisa dikategorikan masuk era decline atau mengalami penurunan, terutama penurunan dari sirkulasi (jumlah edar koran) maupun penurunan pendapatan dari iklan. Produk akan masuk era decline karena munculnya pesaing-pesaing baru yang lebih tangguh.Butuh strategi pemasaran yang membutuhkan biaya tidak sedikit agar posisi decline ini tidak berlanjut ke arah kematian produk. 

Saya meyakini semua perusahaan pers cetak mengalami guncangan yang sama. Pengelola industri pers cetak melakukan berbagai cara untuk tetap eksis. Strategi efisiensi untuk menekan biaya menjadi salah satu upaya. Inovasi produk untuk memberi nilai tambah bagi media yang dikelolanya. Sebagian perusahaan koran memilih tutup (karena bisa jadi sejak awal perusahaan ini sudah tidak sehat) dan sebagian yang lain tetap bertahan hingga kini.  

Namun apakah era decline ini segera akan diikuti era kematian pers cetak?  Artinya pers cetak benar-benar masuk kuburan?. hmmm...begitu kompleks faktor yang saling berkelindan. Tidak ada variabel tunggal yang memengaruhi langsung kehidupan industri cetak. Kehadiran internet hanya salah satu faktor  saja. Ada variabel-variabel lain yang tidak bisa diabaikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun