Rendahnya literasi menjadi sebuah tantangan bagi para pengambil keputusan dan seluruh pemangku kepentingan di lingkungan pendidikan. Â Hasil survei posisi negara kita berada di posisi bawah dari sekian negara yang disurvei. Hasil survei 2022 dari PISA menempatkan Indonesia pada posisi ke-69 dari 80 negara yang disurvei. Kondisi ini tentunya membuat prihatin. Â Apa yang salah dengan dunia pendidikan kita?
Rendahnya literasi  tampak pada kehidupan sehari-hari, mudah menerima isu yang ternyata hoaks, tertipu secara digital melalui telepon pintarnya,  bereaksi cepat terhadap suatu informasi tanpa membaca utuh dahulu informasinya.  Komdigi mencatat terdapat 1.923 konten hoaks sepanjang tahun 2024, dengan dominasi konten penipuan sebanyak 890 konten.
Bagi sekolah rendahnya literasi  menjadi sebuah tantangan. Kami di lingkungan SMP IT BBS Kota Bogor  ingin mewujudkan literasi ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari anak-anak didik kami.  Literasi menjadi sebuah kebiasaan yang menyenangkan, sehingga melahirkan generasi yang paham dan mampu mengolah informasi dengan baik  dan merupakan fondasi pendidikan bermutu serta siap hadapi tantangan abad 21.Â
Keprihatinan itu kemudian kami wujudkan dalam gerakan literasi yang menyenangkan. Gerakan itu kami namakan Gartawira, yang berarti kumpulan orang yang memiliki tujuan yang sama, pemberani dan mampu memahami informasi untuk mengambil keputusan. Gartawira berasal dari tiga suku kata, gana yang artinya perkumpulan orang-orang yang dibentuk untuk mencapai tujuan yang sama, literat yang artinya kemampuan mengolah dan memahami informasi dan sadawira yang artinya pemberani dan tidak pernah takut akan  kegagalan.Â
Gerakan ini terinspirasi dari artikel di sebuah media massa nasional, yang berisi gerakan membaca sambil piknik di taman-taman kota. Â Kepala Sekolah menyampaikan ide ini dan dielaborasi oleh Kepala Perpustakaan Sekolah dengan sangat baik, lalu didiskusikan dengan guru, bergulirlah gerakan literasi yang kemudian kami beri nama Gartawira. Â Tujuannya adalah membuat siswa tidak bosan, kegiatan membaca tidak harus di perpustakaan, bisa di mana saja dan tentunya harus menyenangkan.
Target Gartawira
Tentunya gerakan ini harus memiliki target, Â target minimal adalah setiap siswa mampu menyelesaikan bacaan buku 1 judul per bulan. Sehingga saat lulus siswa sudah menyelesaikan minimal 30 sampai dengan 36 judul buku. Â Target ini melebihi kebiasaan membaca masyarakat Indonesia. Â Menurut hasil survei Perpusnas, rata-rata membaca masyarakat Indonesia 5,91 buku per tahun. Â Artinya jika target tercapai akan melebihi dari rata-rata membaca masyarakat Indonesia, 10 sampai dengan 12 buku per tahun.
Kegiatan-kegiatan Literasi yang Dikembangkan
Selain wisata membaca buku, kegiatan-kegiatan lain yang dikembangkan Gartawira adalah teknik membaca, menonton film yang menanamkan karakter yang kuat, seperti film Jumbo dan  Bila Esok Ibu Tiada, bercerita pengalaman, menulis karangan, menulis kembali apa yang dibaca, kunjungan ke museum, menonton pertunjukan teater.  Siswa yang menyelesaikan bacaan 1 buku atau lebih dalam satu bulan akan mendapatkan apresiasi dari program ini.
Kerja sama dan Dukungan dari Para Pemangku Kepentingan
Dukungan nyata dari orang tua adalah izin agar anak bisa mengikuti kegiatan, guru pernah membawa kunjungan ke Taman Ismail Marzuki, menonton film Jumbo dan Bila Esok Ibu Tiada, secara bersama-sama. Orang tua berbagi tip untuk sukses, sudah diagendakan mulai tahun ini. Â Selain dukungan orang tua, gerakan ini juga menjalin kerja sama dengan penerbit, yaitu mendatangkan penulis untuk berbagi tip menulis. Â Sementara untuk bantuan buku didapat dari Pusat Perbukuan Kemendikdasmen, bantuan orang tua siswa dan dari komunitas pecinta buku yang digalang alumni.
Selain itu, aktivitas Gartawira mendapat perhatian khusus dari Pengawas Pembina dari Disdik Kota Bogor yaitu dengan menerbitkan sebuah buku antologi tentang inovasi-inovasi kepemimpinan sekolah. Program Gartawira terpilih sebagai salah satu inovasi di bidang literasi. Â Gerakan ini dapat disebarluaskan ke sekolah-sekolah lain. Â Dukungan dari berbagai pihak tentunya sangat menggembirakan dan menjadi penguat untuk lebih baik lagi dalam pelaksanaannya.
Evaluasi
Untuk perbaikan program kami adakan rapat kerja untuk mengevaluasi seluruh program, termasuk mengevaluasi kegiatan Gartawira ini. Â Hasil refleksi dari para siswa, mereka sangat tertarik dengan program Gartawira ini. Â Kegiatan yang paling mereka sukai adalah menonton film. Â Ketika diajukan pertanyaan apakah program Gartawira membuat mereka tertarik pada literasi, hampir 65,1% menyatakan sangat tertarik, cukup tertarik 16,8%, biasa saja 16,8% dan tidak menjawab 1,3%, artinya program ini dapat dilanjutkan dengan berbagai perbaikan agar sesuai dengan target yang ditetapkan. Â Untuk tantangannya karena dilaksanakan pada hari libur, lebih pada hambatan psikologis guru yang harus mengorbankan liburan bersama keluarga, meskipun hanya sebulan sekali. Â Namun dengan melihat hasil evaluasi dan menunjang keberhasilan sekolah para guru menjadi tertantang untuk menjadi lebih baik lagi. Â Jika dikaitkan dengan Rapor Pendidikan, nilai literasi dan numerasinya nilainya sama yaitu 97,78% peserta didik sudah mencapai kompetensi minimum.
Itulah praktik baik yang sudah dilaksanakan, program ini telah menunjukkan bahwa kerja sama yang baik antara sekolah, orang tua, pemerintah yang diwakili dinas pendidikan, serta program yang direncanakan dengan baik dapat memberikan hasil yang menggembirakan. Â Semoga makin baik lagi pada masa berikutnya. Â Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI