Mohon tunggu...
Syabar Suwardiman
Syabar Suwardiman Mohon Tunggu... Guru - Bekerjalah dengan sepenuh hatimu

Saya Guru di BBS, lulusan Antrop UNPAD tinggal di Bogor. Mari berbagi pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Teman tapi Berbisnis

23 Januari 2021   12:33 Diperbarui: 23 Januari 2021   13:11 1258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan segala ribetnya perijinan dia lakoni. Di tengah perjalanan proses pengurusan, ia dipertemukan dengan seorang mahasiswa yang dia jadikan anak angkat sekaligus teman untuk mengurus usaha merintis bisnis tadi. Ia memang suka mengumpulkan anak-anak muda/mahasiswa untuk belajar bersama-sama apa saja, terutama berkaitan dengan tanaman.

Bagi yang pernah mengurus ijin di negeri ini, ijin apapun percayalah ribet.  Teman saya bercerita, pada saat visitasi ada daftar periksa yang harus dipenuhi.  Ketika semua sudah dipenuhi sesuai visitasi pertama selalu  ada yang kurang pada visitasi berikutnya, terus saja begitu.   Di sinilah sebenarnya kejujuran dan transparansi pegawai pemerintah/pemberi ijin dipertaruhkan.  Namun begitu memakai konsultan yang diam-diam ditunjuk oleh mereka, blas lancar angine, eh perijinannya.

Kembali ke laptop. Singkat cerita ijin keluar, teman saya syukuran, membayangkan kerja kerasnya membuat formula itu terbayar dan bisa menjadi bekal untuk anak-anaknya yang masih panjang perjalanan sekolahnya.

Namun apa yang terjadi?

Ternyata diam-diam, dalam pengurusan ijin pada akhirnya menempatkan "anak angkatnya" sebagai direktur utama, dengan pembagian keuntungan yang jauh dari bayangan teman saya. Saking percayanya semua urusan diserahkan kepada "anaknya" tadi.

Dengan berat hati daripada tersakiti terus ketika berada dalam satu kongsi, teman saya melepaskan semua yang dirintisnya, padahal dia yang bekerja keras dari awal.

Apakah kemudian berhenti untuk menjadikan teman sebagai teman berbisnis?

Tidak semua rusak pertemanan karena bisnis. Ingat bagaimana Mark Zuckerberg berhasil membangun Facebook dengan teman teman kuliahnya.  Tentunya ada juga yang menyesal karena ketika diajak membangun Facebook, ada juga yang menolak. Hukum alam.  Alam barat memang sejak awal sudah dididik patembayan, jelas mana teman, dan area bisnis. Sehingga Facebook bisa besar seperti sekarang.

Pada kenyataannya ada yang berhasil menjadikan teman sebagai teman bisnis, seperti pada kasus Mark Zuckerberg saat membangun Facebook.  Meskipun saya lebih banyak mendengar yang kecewa ketika teman menjadi rekan bisnis, terutama yang saya dengar dari teman-teman dekat, di negeri ini.

Mari kita menggunakan teori analisa penyebab masalah, dalam rangka memilah persoalan. Dalam teori analisa penyebab masalah ada tiga alur pemikiran.

Personal (saya-bukan saya), individu dengan gaya berpikir 'saya' adalah individu yang cenderung menyalahkan diri sendiri atas hal yang tidak berjalan semestinya. Misal dalam berbisnis dengan teman ia menyalahkan kegagalan itu pada dirinya.  Padahal ada hal-hal di luar dirinya, seperti tidak mempelajari dulu bisnis yang ditawarkan,  melihat teman seperti pada masa lalunya (yang baik saja), padahal saat menjalin bisnis, tentunya kita perlu cek dan ricek, seperti saat kita membuka rekening, selalu dikaitkan dengan data yang ada di Bank Indonesia.  Ada baiknya kita bertanya tentang teman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun