Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pilkada Bukan Lomba Doa tapi Lomba Merebut Hati Rakyat

17 Oktober 2020   06:22 Diperbarui: 17 Oktober 2020   07:20 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam pengamatan saya selama ini ketika tahun politik seperti Pemilihan Legislatif (Pileg), Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) acapkali calon kristen meminta dukungan doa kepada pemimpin gereja. Pertanyaannya adalah apakah selama ini rajin meminta dukungan doa agar jujur, berintegritas dan berani untuk mengungkapkan kebenaran dalam keseharian kita?

Lima tahun terakhir, berapa kali kandidat ini meminta dukungan doa? Masalahnya adalah kesan acara doa menjelang Pilkada itu sebagai simbol agar pemilih yang religius melihat bahwa kandidat itu sudah didukung pimpinan gereja.

Apakah salah meminta dukungan doa kepada pimpinan gereja menjelang Pilkada 2020? Pertanyaanya adalah apa motivasimu meminta doa dan apa isi doa? Motivasi apa dalam batinmu membuat acara dukungan doa itu? Apakah tanpa acara dukungan doa itu pimpinan gerejamu tak mendoakanmu selama ini? Pesan apa yang hendak disampaikan dalam acara doa dan setelah acara selesai dukungan doa? Apa komitmenmu setelah acara doa?

Jika pulang dari acara doa dan komitmen untuk menolak politik uang secara total, benci berbuat curang dalam hal sekecil apapun, taat protokol kesehatan karena memikirkan resikonya, taat terhadap Undang-Undang Pilkada tanpa kompromi maka acara meminta dukungan doa itu begitu bermakna. 

Tetapi alangkah munafiknya kita membuat acara dukungan doa tetapi melakukan politik uang, bersikap curang dan kompromistis dalam berbagai hal. Jika hidup kita kompromistis dengan nilai gereja lebih baik pengakuan dosa secara diam-diam saja.  Atau, seperti aturan PKPU yang harus mengumumkan ke publik bagi yang pernah korupsi atau pernah berkasus di pengadilan. 

Dalam hal politik uang misalnya, jika nurani terasah maka pengakuan dosa kepada Tuhan dengan meminta dukungan dari pimpinan gereja agar didoakan agar diampuni. 

Jika meminta dukungan doa ke pimpinan gereja tetapi dalam prakteknya politik uang lancar, curang, bengis dan sulit mengampuni orang yang menyakiti maka kegiatan dukungan doa adalah mereduksi makna kita meminta dukungan doa.

Tuhan meminta kita mengunci kamar dalam hal berdoa. Bukan meminta dukungan doa dengan memberitahukan kepada publik. Apa motivasi meminta dukungan doa tetapi memberitahukan kepada publik?

Jika jujur, dalam kondisi meminta dukungan doa menjelang Pilkada adalah meminta didoakan agar memenangkan Pilkada? Jika doa yang diminta adalah menang dan kandidat lain meminta doa agar menang juga, apakah permohonan doa itu ke alamat yang sama? Bagaimana jika dua kandidat ada dalam satu gereja? Apakah pimpinan gereja bersikap objektif? 

Jika paradigma kita bersama menjaga wibawa gereja maka acara-acara dukungan doa menjelang acara Pilkada tidaklah bijak. Tetapi jika kandidat bergumul memperjuangkan kebenaran dan komitmen hidup agar bersikap sesuai dengan nilai-nilai gereja, komunikasi yang rutinlah dengan rohaniawanmu. Bila penting tiap hari komunikasi meminta dukungan doa agar Tuhan menguatkanmu bersikap sesuai nilai-nilai gereja yang diajarkan Alkitab.

Suatu sore saya berbincang dengan pendeta. Pendeta itu menceritakan bahwa ada jemaat datang pagi-pagi hari ke rumahnya meminta pendapat apakah Tuhan masih berkenan terhadap dirinya. 

Pendeta itu bertanya apa yang terjadi? Jemaat itu mengakui bahwa lahan sawitnya itu diperoleh dengan cara-cara curang. Bagaimana sikap saya agar harta kekayaan saya berkenan di hati Tuhan? Di lahan sawit saya itu sudah saya bangun gereja dan saya berusaha agar karyawan saya perlakukan dengan taat hukum Undang-Undang ketenagakerjaan. Pagi hari sebelum matahari terbit meminta pendeta agar Tuhan mengampuni kecurangan yang pernah dia lakukan. Jemaat itu meminta dukungan doa agar batinnya sejahtera. 

Meminta dukungan doa ke pimpinan gereja sangatlah baik. Tetapi dalam konteks Pilkada tentu harus bijaksana. Pilkada bukanlah perhelatan lomba doa tetapi lomba merebut hati rakyat dengan cara menyampaikan gagasan agar rakyat keluar dari persoalan hidupnya.

Pilkada adalah pesta dialog dalam bentuk kampanye agar terjadi transformasi. Pilkada adalah momentum Pendidikan politik rakyat sebab Pendidikan politik rakyat tidak kontinu. Pendidikan politi rakyat hanya berjalan secara kontinu bagi rakyat yang aktif organisasi. Selama ini gerejapun tidak melakukan pendidikan politik rakyat dengan baik.

Pengalaman empirik kita selama ini bahwa acara dukungan doa menjadi polemik dan berujung kepada batu sandungan. Doa bukanlah alat untuk memenangkan Pilkada. Sebab, pengalaman selama ini mereka yang biasa acara-acara meminta dukungan doa banyak yang kalah. Mereka yang menang adalah yang kerja keras merebut hati rakyat. Mintalah dukungan doa kepada pimpinan gereja, kolega, keluarga dan sahabat  secara pribadi. Dan dukungan doa itu membuatmu jujur, menjaga integritas, menolak politik uang dan tidak berbuat curang.

Jikalaupun ada kompromi-kompromi dalam hal teknis, meminta maaflah kepada Tuhan secara pribadi. Tidak ada polemik  apapun jika meminta dukungan doa agar diampuni Tuhan secara pribadi. Berdoa bukanlah meminta legitimasi perbuatan-perbuatan kompromistis dalam hal politik. Kompromi itu wajar tetapi tidak dibenarkan. Tingkat kompromi wajar saja tetapi tidak kehilangan prinsip, khususnya prinsip bergereja, berbangsa dan bernegara.

Semua kita butuh doa. Doa agar diampuni, doa untuk sehat dan doa agar Pilkada lancar. Tetapi, sangat tidak etis ketika kesan acara doa dukungan pimpinan gereja dengan pesan sudah mendapat restu dari pimpinan gereja. Jika hal itu terbersit dalam pikiran kita, maka terjadi reduksi doa. Bahkan cenderung kemunafikan bertingkat.

Pilkada adalah momentum bagi kita untuk mengejawantahkan pergumulan iman kita. Jika kita menyukseskan Pilkada karena pergumulan iman kita untuk berbakti kepada rakyat maka kalah dan menang dalam Pilkada kita memiliki kontribusi memajukan rakyat. Dengan demikianlah kita menjadi berkat bagi sesama. Doa itu  mensejahterakan batin. Selama ini acara meminta dukungan doa selalu saja menghasilkan polemik. Jika acara dukungan doa menghasilkan polemik, maka acara itu menjadi renungan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun