Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menyadarkan Kesetaraan Ilmu Pengetahuan bagi Anak Sejak Dini

16 Oktober 2020   08:19 Diperbarui: 16 Oktober 2020   22:03 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ajarkan anak sejak dini bahwa ilmu pengetahuan itu luas dan tujuannya untuk peradaban manusia dan kelestarian alam. |Sumber: Dokumentasi Pribadi

Ketika saya melewati masa-masa sekolah, muncul pertanyaan apakah relevan ilmu itu dikategorikan eksak dan non eksak? Untuk apa sesungguhnya ilmu pengetahuan itu? Bukankah ilmu pengetahuan itu acapkali bertentangan? 

Sebagai contoh ilmu ekonomi dan ilmu ekologi selalu benturan. Karena benturan ilmu ekologi dengan ekonomi maka menghasilkan benturan yang menghasilkan konflik antara pecinta lingkungan dengan pertumbuhan ekonomi. 

Kawasan hutan jika dijaga dengan baik maka nilainya 100 dari ilmu ekologi. Tetapi nilai nol dari ilmu ekonomi. Sebaliknya, hutan jika dieksploitasi maka nilainya 100 dan nol bahkan minus atau membahayakan bagi ahli ekologi. 

Benturan ahli ekonomi dan ekologi berdialog dengan menghasilkan ekonomi lingkungan (environmental economics).

Memahami luasnya Samudra ilmu pengetahauan, bagaimana agar anak kita tidak terbeban atau bahkan stres untuk mempelajarinya? Dari pengamatan saya, kita harus mulai dari kebiasaan anak berdialog. 

Dikotomi eksak dan non eksak memahami bahwa eksak dianggap lebih keren harus kita tinggalkan. Mengapa? Karena realitanya ahli matematika tanpa memahami ilmu lain seperti persoalan sosial maka ilmu matematika tidak dapat digunakan untuk mengatasi persoalan sosial. 

Ilmu pengetahuan lahir untuk menjawab persoalan masyarakat dan memperkirakan ancaman hari ini dan esok bagi masyarakat harus disiasati dengan ilmu pengetahuan.

Seorang ahli matematika jika berpikir dan khawatir akan kondisi energi fosil, maka ahli matematika akan menggunakan ilmunya untuk memprediksi kapan habis. 

Kemudian, ahli matematika itu akan berpikir alternatif untuk menggantikan energi fosil dengan isu energi terbarukan yang diisukan oleh pakar-pakar di bidang energi. 

Isu pakar energi mewacanakan biodiesel dari minyak kelapa sawit dan buah jarak. Tentu saja ahli matematika menggunakan ilmunya untuk menghitung luas lahan yang dibutuhkan, penurunan kualitas tanah, dan kebutuhan akan energi. Apakah energi terbarukan itu solusi atau tidak untuk kebutuhan energi bagi masyarakat?

Pada hakikatnya ilmu pengetahuan itu hadir untuk kebutuhan manusia. Tetapi, dalam praktik ilmu pengetahuan bergeser menjadi mencari keuntungan finansial. Banyak orang memilih profesi berdasarkan jumlah uang. Padahal, pekerjaan atau profesi sejatinya untuk pengabdian melalui ilmu pengetahuan yang kita miliki. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun