Salah satu kegiatan saya yang paling menyenangkan adalah bekerja di Yayasan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Salah satu program kami  di yayasan itu adalah membina guru dan siswa untuk Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang kini berubah nama menjadi Kompetisi Sains Nasional (KSN).Â
Pekerjaan  pembinaan guru  dan siswa itu paling asyik.  Paling asyik  karena  berteman dengan ahli-ahli sains yang kecerdasannya luar biasa.  Selain tim yang asyik dan menyenangkan, berjumpa dengan guru dan siswa yang haus akan ilmu pengetahuan. Kami keliling ke berbagai daerah dan  berjumpa dengan orang-orang  baru.Â
Diantara perjalanan saya yang sangat berkesan adalah mengenal siswa jenius dari  Samosir.  Para ahli sains di tim kami  yang mengajar  selalu memuji  si Ucok sebutlah namanya demikian.  Si Ucok itu nilai Kimia,  Matematika, Biologi, Fisika selalu sempurna.Â
Ucok adalah utusan Kabupaten Samosir  untuk OSN.  Dia paling kami harapkan  menjadi juara nasional OSN. Tetapi , Ucok hanya di tingkat provinsi. Sedih rasanya. Padahal, temannya yang biasa-biasa saja masuk ke tingkat nasional.Â
Kami kaget atas kehebatan kawannya itu. Temanya yang juara nasional itu jago menghafal. Di tingkat nasional tidak mendapat medali karena yang diuji adalah kemampuan analisis persoalan sosial. Â
Tim kami yang menangani siswa itu mengatakan, guru IPS tidak terbiasa melatih siswa menganalisis persoalan sosial. IPS itu identik dengan menghafal. Itulah kekeliruan banyak guru IPS yang harus diluruskan, kata  doktor ilmu-ilmu sosial itu.Â
Suatu sore kami sudah selesai kegiatan pelatihan,  saya ajak ucok bercerita. Cerita tentang cita-citanya. Ucok bercita-cita menjadi  seorang ilmuwan.  Saya tanya pekerjaan orang tuanya, dan dia menjawab petani.  Karena saya penasaran dengannya, saya tawarkan ingin ke rumahnya. Â
Ucok tidak mau karena  dia bilang tidak bisa mobil ke rumahnya.  Bapak nanti akan susah. Saya memeluknya untuk meyakinkan bahwa  saya ingin sekali ke rumahnya. Â
Dengan  segala caraku merayu,  dia bersedia. Saya panggil Sigalingging, sopir yang biasa dan lihai  menyetir dijalan terjal untuk membawa kami.  Kami pun berangkat bertiga. Di jalan, kami bercerita tentang kehidupan.
Ucok  bercerita dengan runtut, dia menceritakan kehidupannya  ketika ayahnya merantau ke pulau Jawa dan  menikah  ibunya dari suku Sunda.  Dia menceritakan kehidupan ayah dan ibunya penuh perjuangan dan akhirnya memutuskan kembali ke Samosir.  Hampir satu jam di jalan raya, Ucok meminta Sigalingging agar berbelok ke kanan.  Â