Mohon tunggu...
guntursamra
guntursamra Mohon Tunggu... Buruh - Abdi Masyarakat

Lahir di Bulukumba Sulawesi Selatan. Isteri : Samra. Anak : Fuad, Afifah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Saat Hujan Terlanjur Jatuh dan Basah, pada Airnya yang Tak Pernah Memilih Siapa

6 Juni 2020   08:07 Diperbarui: 6 Juni 2020   08:09 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : news.detik.com

Aku tahu ada sesak di matamu, kemarin di tepi resah yang telah tandas oleh malam. Lalu aku bertanya di keningmu, pintu yang mana harus kulalui?. Bukankah bulan yang telanjang itu, telah membuka diri untuk kau temui?.

Lantas untuk apa lagi kita berdusta. Tatkala hujan terlanjur jatuh dan basah, pada airnya yang tak pernah memilih siapa. Lalu kemarau hanyalah kenangan tanpa nama, yang pada debu dan panasnya tak memilih kemana.

Semestinya kita meniru itu. Berbagi tak harus memilih siapa dan untuk apa. Andaikan boleh, terkadang aku ingin seperti rumput liar. Tumbuh sesukanya di mana saja, berbaur dengan siapa saja. Meskipun ia sadar, tak semua tanaman menyukainya.

Buat apa kita menjulang tinggi layaknya pohon pinus. Indah memang, tapi tak bisa dipetik karena durinya. Tinggalnya pun harus di tempat yang sejuk. 

Sampai di sini, masih inginkah kita berdusta?. Saat hujan terlanjur jatuh dan basah, pada airnya yang tak pernah memilih siapa.

Sinjai, 6 Juni 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun