Ada perih menelusup lirih, merintih dalam letih. Riaknya yang tadi pelan, kini berubah serupa gelombang. Menggulung bergemuruh menghantam karang. Diombang ambingkan keresahan dikelilingi kecemasan.
Ada apa denganmu?, merayu kesedihannya untuk berdamai. Lalu mengajarinya model mengikat. Bukankah waktu itu, kau membisikkannya bagaimana melukai, serta caranya melepas ikatan.
Kau terlanjur mengkotak-kotakkannya pada ruang-ruang pengap tanpa nama. Menempatkannya pada pilihan "ya" dan "tidak". Â Padahal, semestinya kenapa "ya" dan mengapa "tidak".
Ada apa denganmu?, mengajak hatinya untuk pilu. Lalu meninggalkannya bersama luka. Bukankah waktu itu, kau campakkan mimpinya, serta kau kebiri harapannya.
Kau terlanjur mengkerdilkan nalarnya pada sekat-sekat tanpa tepi. Menghukumnya pada keraguan antara "apa" dan "siapa". Sehingga mereka lupa membedakan antara ingin "apa" dan butuh "siapa".
Ini bukanlah persoalan "ya" dan "tidak", tapi "kenapa" dan "mengapa". Bukan pula masalah "apa" dan "siapa", tapi "ingin" dan "butuh".
Sinjai, 24 Mei 2019