Mohon tunggu...
Gunawan Satyakusuma
Gunawan Satyakusuma Mohon Tunggu... Pilot Drone

"Dari balik layar drone, saya menemukan cara baru melihat Indonesia. Hobi fotografi dan videografi membawa saya berkeliling ke tempat-tempat indah, sekaligus menyalakan semangat untuk terus bercerita lewat gambar dan tulisan."

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

18 Tahun di Langit dan Peta:Dari Dokumenter ke Kredibilitas Digital

11 Oktober 2025   01:57 Diperbarui: 11 Oktober 2025   02:09 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Diam di alam, merenungkan arah. Di tengah tenang, ada banyak badai yang sudah lewat." 

Langit yang Tak Pernah Sama

Saya mulai memotret sejak tahun 2007, saat kamera masih terasa berat dan setiap proyek dokumentasi adalah petualangan baru. Waktu itu, dunia belum secepat sekarang. Tak ada algoritma, tak ada "konten instan." Yang ada hanya ketekunan dan rasa penasaran.

Kini semua orang bisa merekam. Gawai di tangan sudah cukup untuk membuat orang merasa seperti jurnalis, sinematografer, bahkan pembuat dokumenter. Tapi di tengah derasnya gambar dan suara yang berlalu di layar, saya sering bertanya dalam hati:

"Masihkah orang benar-benar melihat?"

Karena bagi saya, dokumentasi bukan soal visual yang indah --- tapi tentang bagaimana mata kita mengingat waktu.

"Masa-masa awal di dunia broadcasting --- saat semua dikerjakan manual dan setiap detik diatur dengan tangan." (2007--2010, era kamera broadcast analog) 

Membangun di Era Manual

Tahun-tahun awal di dunia fotografi dan video adalah masa belajar yang panjang. Saya mulai dari proyek kecil, bekerja dengan peralatan terbatas, dan mengenal banyak medan: dari pasar tradisional sampai wilayah pelosok.

Setiap lokasi punya tantangan, tapi juga pelajaran. Dari situ saya mulai menyadari bahwa kekuatan gambar bukan hanya dari keindahan, tapi dari cerita yang jujur di baliknya.

"Perjalanan berlanjut dari kamera di tanah menuju mata di langit. 2016, awal saya jatuh cinta pada drone." 

Sekitar tahun 2016, saya mulai menggunakan drone. Banyak orang melihatnya sebagai tren baru, tapi bagi saya, itu adalah cara lain untuk memahami ruang. Dari udara, saya bisa melihat hubungan antara manusia, alam, dan waktu. Perspektifnya lebih luas, tapi maknanya tetap sama: mendokumentasikan kehidupan.

"Terbang itu mudah, tapi memahami apa yang kita lihat dari ketinggian --- itu yang butuh pengalaman."

2020: Gelombang yang Menyaring

Lalu datanglah tahun 2020 --- masa ketika hampir semua industri terpukul. Dunia foto dan video ikut terpental. Proyek banyak tertunda, acara berhenti, dan kamera lebih sering diam di tas daripada bekerja.

Saat itu juga, muncul generasi baru: kreator cepat, konten singkat, video vertikal, efek dramatis. Semua terasa serba instan. Saya tidak anti terhadap perubahan, tapi saya tahu ritme itu bukan milik saya.

Saya tetap membuat video dengan gaya dokumenter, dengan alur dan proses panjang. Jujur saja, sempat terasa aneh --- seolah saya berjalan melawan arus besar. Tapi pelan-pelan saya sadar:

"Yang cepat belum tentu kuat, dan yang ramai belum tentu berumur panjang."

"Diam di alam, merenungkan arah. Di tengah tenang, ada banyak badai yang sudah lewat." 

2020 adalah masa sulit, tapi juga masa penyaringan. Mereka yang hanya mengejar tren, banyak yang berhenti di tengah jalan. Sementara yang bertahan dengan keahliannya, mulai menyiapkan fondasi untuk masa depan.

2023--2025: Saat Kualitas Kembali Dicari

Tiga tahun kemudian, situasinya berubah. Dunia mulai jenuh dengan hal yang terlalu cepat. Perusahaan besar, lembaga, dan BUMN mulai mencari lagi sesuatu yang punya kedalaman, bukan sekadar viral.

Saya mulai menerima kembali proyek-proyek dokumentasi corporate --- dari profil daerah, dokumentasi kegiatan sosial, hingga pembuatan film pendek yang menampilkan nilai perusahaan. Bedanya, sekarang mereka datang karena tahu saya tidak mengikuti tren, tapi menjaga kualitas.

Klien corporate tidak mencari kreator yang populer, tapi yang bisa dipercaya. Mereka ingin dokumentasi yang punya makna, bisa diputar lima tahun lagi tanpa kehilangan relevansi. Dan di situ saya menemukan kekuatan saya yang sebenarnya: konsistensi.

"Ketika tren berhenti, yang tersisa hanyalah reputasi. Dan reputasi lahir dari waktu."

"Setiap foto dari udara adalah saksi. Tak hanya pemandangan, tapi juga perjalanan dan kepercayaan." ( By Gunawan Satyakusuma)

2025: Membaca Peluang Kredibilitas Digital

Tahun 2025 menjadi titik menarik dalam perjalanan ini. Dunia digital makin matang, dan saya melihat peluang baru yang tak terduga: Google Local Guide.

Awalnya saya hanya mengunggah foto perjalanan ke Google Maps --- sebagai bentuk dokumentasi ringan dari proyek-proyek di lapangan. Tapi lama-kelamaan, saya menyadari bahwa kontribusi ini punya nilai yang berbeda.

Setiap foto, setiap review, adalah bagian dari peta kredibilitas digital.
Bukan sekadar membantu orang menemukan lokasi, tapi juga membangun rekam jejak visual yang terverifikasi oleh Google --- lembaga yang di mata publik, jauh lebih netral dari media sosial manapun.

Saya bukan sekadar penulis ulasan, tapi saksi lapangan yang datang, merekam, dan memahami tempat itu. Dan uniknya, sebagian besar foto saya diambil dengan drone --- sudut pandang yang jarang dimiliki kontributor lain.

Kini, profil Local Guide saya menjadi semacam portofolio publik:

"Jejak perjalanan yang nyata, dilihat jutaan orang, diverifikasi tanpa harus memaksa."

Bagi saya, ini fase baru dokumentasi: dari dokumenter visual menuju kredibilitas digital.

Refleksi: Antara Langit, Kamera, dan Waktu

Melihat ke belakang, saya merasa setiap fase punya gunanya sendiri.
Tahun-tahun awal mengajarkan saya disiplin.
Tahun 2020 mengajarkan saya kesabaran.
Dan tahun 2025 ini mengajarkan saya arti kepercayaan.

Saya tidak menolak media sosial, tapi saya juga tidak ingin kehilangan makna dokumenter. Karena saya percaya, suatu hari nanti, orang akan kembali mencari cerita yang asli --- bukan yang paling sering lewat di layar.

"Dari 2007 sampai hari ini, saya belajar bahwa yang kita cari bukan sudut terbaik, tapi sudut yang jujur. Dan selama masih ada langit di atas kepala, saya akan terus merekam --- bukan untuk viral, tapi untuk diingat."

Penutup

Dunia memang berubah cepat, tapi tidak semua harus diikuti.
Kadang yang paling bijak adalah tetap berjalan dengan langkah sendiri --- selama langkah itu punya arah.
Dan saya rasa, setelah 18 tahun merekam Indonesia dari langit hingga peta, arah itu sudah mulai terlihat.

salam Satu Langit

Gunawan Satyakusuma

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun