Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Foodie

"Gerobak Tua, Dibawah Lampu Jalan Sederhana: Nasi Goreng Wak Kliwon, Cita Rasa Kuliner Malam"

19 Juni 2025   18:27 Diperbarui: 19 Juni 2025   18:27 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi

"Nasi Goreng Wak Kliwon" sudah membuat bulu kuduk merinding. Kliwon dikenal luas
dalam budaya lokal sebagai waktu yang sering dikaitkan dengan kejadian mistis dan terdengar seram.


Kliwon dianggap mistis dalam budaya Jawa karena dipercaya sebagai waktu di mana
energi spiritual lebih kuat dan dimensi dunia nyata dan gaib lebih dekat. Masyarakat Jawa
percaya bahwa pada malam Jumat Kliwon, arwah leluhur kembali ke rumah, makhluk astral lebih aktif, dan terbukanya portal gaib.


Terlepas dari kepercayaan mistis tentang nama kliwon, ketika mendatangi langsung ke tempatnya yang berada di Jalan Sei Belutu, kesan tak biasa langsung terasa. Warung ini terletak di lokasi yang cukup terpencil, tepat di bawah pepohonan rindang. Penerangannya minim, hanya mengandalkan cahaya lampu jalan yang redup, menciptakan suasana yang tenang namun terasa agak menyeramkan.


Meski lokasinya tersembunyi dan pencahayaannya minim, tempat makan ini justru tak pernah sepi peminat. Deretan mobil tampak terparkir di tepi jalan, pelanggan memilih menunggu hidangan mereka disiapkan sambil duduk santai di dalam kendaraan.

Sebagian lainnya sabar menunggu giliran di kursi-kursi kecil tanpa meja, hanya ditemani cahaya lampu jalan yang samar. Nasi goreng legendaris ini sudah mulai berjualan sejak 1985 dan masih eksis hingga sekarang dan jadi tempat yang didatangi banyak orang.


Kini, usaha sederhana ini dijalankan oleh Riswan, putra dari sosok legendaris yang dikenal sebagai Wak Kliwon. Sang ayah, yang kini telah memasuki masa istirahat di usia 60 tahun, mempercayakan warung kaki lima ini kepada generasi penerusnya. Beliau juga ditemani dengan Ibu Sutrisni dalam menjalankan usaha nasi goreng ini.


Gerobak kayu yang digunakan pun tampak apa adanya, dibalut lembaran aluminium dan dilindungi oleh tenda biru lusuh cukup untuk menampung aktivitas memasak yang berlangsung nyaris tanpa henti. Di balik kepulan asap dan aroma bumbu yang menggoda, terlihat pria muda sekitar usia tiga puluhan sibuk memasak nasi pesanan pelanggan di atas wajan besar.


Riswan, saat diajak berbincang, mengungkap bahwa nama "Wak Kliwon" tak lain adalah nama ayahnya, pencetus awal usaha ini. Sejak pertengahan tahun 1985, sang ayah berdagang keliling dari satu sudut kota ke sudut lainnya.


Baru pada 2009, mereka memutuskan menetap dan berjualan di satu lokasi tetap yaitu di jalan Sei Putih, lalu mereka pindah lokasi ke tempat yang sekarang jadi langganan banyak orang. "Dulu keliling terus, tapi sejak 2009 kami mulai di Sei Putih, setelah itu baru disini." tutur Ibu Sutrisni saat menceritakan sejarah nasi goreng ini.


Ibu Sutrisni menjelaskan bahwa cita rasa nasi goreng buatannya berbeda dari kebanyakan. Rahasianya ada pada racikan simpel yang digunakan: hanya bawang merah, bawang putih, kecap manis, dan cabai rawit. Tanpa tambahan bumbu instan atau penyedap lain. Bumbu ini menambah cita rasa pedas yang memabakar lidah. Saat kita memesan, kita akan ditanyakan ingin nasi goreng dengan level kepedasan berapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun