Kalong dan kelelawar bergurau riang
Burung hantu bertengger bernyanyi merdu
Pepohonan membisu bersama angin
Embun menetes syahdu di bumi pertiwi
Ku daki lereng Telomoyo malam itu
Bersama keramatnya para dewa
Untuk bertanya pada Tiga Dimensi yang tak kasat mata
Bersama pemandu mungil yang jelita
***
Sebenarnya aku tak percaya
Ada dunia tak kasat mata berdimensi tiga
Semuanya di luar logika
Tapi kadang tersirat dan bermakna
Tapi kadang mengundang tanya
***
Tetes peluh tak kurisaukan
Kepak kalong dan kelelawar mengusik bulu kuduk
Nyanyian burung hantu merdu mengecilkan nyali
Symphoni gesekan daun memberatkan langkah
Pemandu mungil semakin mungil
Tertepa pancar rembulan malu
***
Pemandu mungil bersimpuh
Akupun bersimpuh
Menucap mantra bermakna hidup dan mati
Dari lubuk hati tuk terus bertimba ilmu dari nurani
***
Sang Tiga Dimensi bersuara serak
Bersama angin dan mendung
Wahai manusia bodoh
Tidak layak kamu datang ke sini
Ini dimensi kami bukan ranah manusia
Kembalilah ….
Pujilah angin
Pujilah kalong dan kelelawar
Hormatilah burung hantu dan dedaunan
Agungkan semesta
***
Jangan agungkan kertas bergambar dewa dan berangka keramat
Seperti yang kau cari setiap detik dan hirup nafas
Ajarilah sesama manusia,
di surau-surau
di jalan jalan
di bangku sekolah
Untuk mencari makna hidup dalam kedamaian dan cinta
Bukan untuk mencari , kertas bergambar dewa dan berangka keramat
kertas bergambar dewa dan berangka keramat
hanyalah kreasi manusia berdemensi dua
terbodoh di semesta
Pulanglah bersama pemandu mungil
Dan wartakan …….