Mohon tunggu...
Hotdi Gultom
Hotdi Gultom Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di IPB University

Hobi Nulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kelindan

24 Maret 2024   00:36 Diperbarui: 24 Maret 2024   00:56 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Penulis

Malam itu, angin berembus begitu kencangnya di larutnya malam. Menyisir apa pun yang telah dilaluinya, membawa rasa dingin yang begitu menusuk tulang. Nampak tak ada masalah bagi mereka yang cukup uang untuk membeli rumah yang nyaman dan tahan dingin. Kendati pun dingin, mereka bisa saja memasak sup dan minum minuman hangat bersama keluarga masing-masing. Duduk di sofa yang nyaman, ngobrol hingga tertawa menimpali jokes yang dilontarkan keluarga yang lain atau karna adegan lucu di televisi. 

Sungguh keluarga yang bahagia.

Namun, Jauh dari gemerlap lampu-lampu kota yang memantulkan kehidupan malam, terdapat sebuah sudut yang hening, terlupakan di antara gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Di bawah jembatan dengan rumah kardus yang nampak kumal dan lusuh, nampak sekelompok orang yang sedang beristirahat. Tanpa tikar, bantal yang nyaman, jangan tanya apa mereka punya selimut atau tidak. Mereka bahkan sudah sangat bersyukur kebagian lokasi di bawah jembatan jadi mereka tidak perlu repot-repot bangun subuh kalau tidak mau disiram pemilik toko tempat mereka biasanya tidur sembarangan.

Tak seperti biasanya, seorang anak laki-laki dengan tubuh kurus dan kusam nampak kesulitan untuk memejamkan matanya. Entah kenapa, padahal tadi siang, dia sudah merasa sangat lelah mengumpulkan rongsokan barang yang mungkin masih laku diloak.

"B-b-brrr...," desisnya pelan, setiap hurufnya terputus-putus karena rasa dingin yang menusuk. Suaranya bagaikan bel yang kehilangan ketenangan, bergetar tidak menentu di antara keheningan yang terdengar semakin dalam

Dinginnya angin malam merasuki tubuhnya yang ringkih, gemetar sepanjang malam. Entah kenapa, di bulan Ramadhan ini, malam menjadi semakin dingin.

Anak itu mencoba berulang kali untuk merangkak lebih dekat ke tubuh kakaknya yang sudah terlelap, mencari sedikit panas dari tubuh kakaknya. Namun, dingin tetap menyergapnya, membuatnya bergelung dalam tidur yang tidak nyenyak. Setiap kali ia mencoba memejamkan mata, bayangan-bayangan kedinginan datang menghantuinya.

Akhirnya dia memutuskan untuk duduk, melihat sekeliling untuk mencari alternatif apa saja yang dapat menghangatkan badan. 

"Nahh"

Sudut matanya menangkap kardus yang teronggok di sudut jembatan, dengan susah payah dia membujuk kakinya yang begitu lelah untuk mau diajak berjalan kesana. Tiba di tempat kardus, tanpa pikir panjang, dia segera memilah kardus yang paling cocok dijadikan selimut dengan badan yang masih gemetar. Saking kedinginannya dia sangat terburu-buru dalam memilih kardus, beberapa barang pulungannya jatuh berantakan.  Tidak mengapa, dia bisa membereskannya besok, gumamnya dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun