Mohon tunggu...
Guido AngeloSupriyadi
Guido AngeloSupriyadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi : mencari Kebenaran dalam Kebenaran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Filsafat Butuh Diviralkan

13 Maret 2023   10:43 Diperbarui: 13 Maret 2023   10:56 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dewasa ini dunia sedang gencar berevolusi menuju digital. Segala lini kehidupan dibuat atau dikondisikan di dalam jaringan. Contohnya dahulu untuk membaca buku harus membeli buku di toko buku namun sekarang dengan gawai kita dapat membaca buku secara daring. Dari segi pendidikan, dahulu mungkin untuk bisa sesuatu kita harus belajar kepada yang ahlinya namun sekarang cukup membaca tutorial di internet atau menonton tutorial di You Tube kita bisa menjadi ahli. Semua itu karena internet. Internet membuat kita dapat mencari informasi dengan praktis dan cepat. Internet dapat membantu kita untuk mengetahui dan belajar banyak informasi. Internet membuat kita menjadi sibuk agar kita terus terupdate. Dan akhirnya internet membuat kita lupa pada jati diri kita yang sebenarnya. Pertanyaan -- pertanyan siapakah manusia? siapakah aku? Apa itu Tuhan? Apa keindahan itu? Atau apa kebenaran itu? Dianggap tak jaman lagi bahkan merasa alergi atau skeptis terhadap pertanyaan -- pertanyaan itu. Parahnya lagi ketika ada orang yang masih sadar terhadap pertanyaan -- pertanyaan itu. Orang itu dianggap aneh, tak masuk akal, tidak realistis, konyol, dilabeli "orang yang gila" bahkan mungkin dijauhi dari pergaulan.

            Mungkin itulah gambaran filsafat di zaman kiwari saat ini. Filsafat dianggap menjadi ilmu yang mengawang -- awang, yang patut ditinggalkan karena sudah tidak related dengan zaman. Filsafat hanya dipahami sebagai cinta terhadap kebijaksanaan atau filsafat merupakan ibu dari segala ilmu. Sesederhana itukah ilmu filsafat di zaman sekarang ini? Padahal filsafat itu merupakan refleksi kritis, filsafat merupakan kebutuhan terdalam ruh, filsafat adalah gerak nalar yang wajar, filsafat adalah cara cerdas bagi jiwa untuk tetap waras dan filsafat dapat membimbing kita untuk lebih mendalam. Pada akhirnya filsafat menjadi paradoks di jaman ini. Menjadi sebuah pertanyaan apakah dengan melimpahnya informasi, kita masih membutuhkan filsafat?

Filsafat dan Gaya Hidup

Pada waktu masih kecil mungkin kita pernah bertanya kepada orang tua kita "Mama kenapa kita harus makan?" atau "Papa kenapa kalau cowok pipisnya harus berdiri?" yang lainya lagi "Kenapa orang itu harus digantung?" lalu orang tua kita akan menjawabnya dan kita akan bertanya lagi hingga orang tua kita mulai kesal dengan pertanyaan kita dan memarahi kita.

Peristiwa diatas sebenarnya membuktikan kepada kita bahwa manusia pada dasarnya memiliki keingintahuan yang tinggi juga memberikan fakta bahwa sejak kecil kita sudah berfilsafat. Hanya saja proses berfilsafat itu harus terhenti karena takut di marahin yang akhirnya membuat banyak orang skeptis terhadap filsafat. Namun tidak semua orang merasa skeptis terhadap filsafat. Contohnya saya sering melihat story, atau postan di instagram yang mengutip kata -- kata bijak seorang filsuf untuk menggambarkan suasana hati orang tersebut. Atau buku karya Henry Manampiring yang menjadi national best seller hingga melahirkan kelompok -- kelompok stoicism. Mungkin sebenarnya mereka penasaran dengan filsafat tetapi bingung belajarnya gimana, atau sebenarnya mereka sedang berfilsafat tetapi mereka tidak mengetahui bahwa mereka sedang berfilsafat. Atau yang parahnya sebenarnya mereka ingin berfilsafat tetapi mereka takut "dimarahin" lagi dan diberi stigma buruk dalam pergaulannya.

Di era modern ini filsafat itu menjadi gaya hidup yang dangkal. Ketika saya memposting kata -- kata bijak saya terlihat seperti orang bijaksana. Ketika saya membaca buku -- buku filsafat di sebuah kafe, transportasi umum atau ruang publik saya menjadi terlihat pintar. Dan ketika saya memajang buku -- buku filsafat di ruang tamu saya terlihat seperti orang cendikiawan. Menurut saya perilaku demikian cukup baik karena orang -- orang itu sebenarnya sudah penasaran dengan filsafat dan bukanya filsafat itu lahir dari rasa penasaran? Ketika saya mencari apa itu filsafat di kanal Youtube ternyata sedikit sekali video yang membahasnya hanya ada 6 dan salah satunya ialah channel Kok Bisa? Dengan judul Filsafat: Sebuah Ilmu yang Melahirkan Ilmu. Namun yang menarik video dari channel Kok Bisa? ditonton sebanyak 1,6 M. Itu menandakan orang masih ingin tahu tentang filsafat atau dengan kata lain orang masih membutuhkan filsafat. Bukti lainya ialah masih banyak orang yang membeli buku -- buku bertemakan filsafat seperti Dunia Sophie, Filosofi Teras atau Socrates Express. Buku -- buku ini diminati karena mudah dipahami dan mungkin itu yang menjadi problematis filsafat di era digital ini. Ketika banyak orang yang penasaran dengan filsafat tetapi literasi tentang filsafat yang mudah dipahami sangat sedikit. Sehingga filsafat itu diperlukan hanya untuk gaya hidup yang dangkal padahal filsafat sangat perlu didalami oleh setiap orang.

 Problematis yang lain ialah orang jaman sekarang khususnya kaum muda itu perlu dipancing untuk bertanya. Jika tidak di pancing untuk bertanya rata -- rata mereka malas membuat pertanyaan. Sedangkan filsafat adalah eksperimen berpikir yang mengharuskan kita membuat pertanyaan. Saya memiliki sebuah pengalam dahulu saya tidak pernah terpikirkan kenapa saya harus sekolah? Kenapa kita harus bersaing satu sama lain? Kenapa kita harus mencintai? namun setelah saya menonton sebuah anime yang berjudul Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu e saya mulai mempertanyakan itu semua karena saya di pancing oleh film anime tersebut.

Viralkan!

Kembali kepada pertanyaan awal apakah kita masih membutuhkan filsafat? Rasanya setelah melihat fakta dan problematis yang ada kita tetap membutuhkan filsafat. Walau dunia terus berkembang, ilmu dan teknologi terus maju membantu kita dalam kehidupan kita. Tetapi pergulatan perasaan kita selalu sama dari jaman ke jaman. Dan itulah tugas filsafat, memberikan kelegaan pada jiwa yang haus, memberikan obat kepada perasaan -- perasaan kita dan memberikan jawaban -- jawaban yang memuaskan kita. Seperti kata filsuf Epicurus "Sia-sialah ujaran para filsuf jika ia tidak bisa mengusir penderitaan di jiwa". Maka bisa disimpulkan bahwa di jaman apa pun, di era apapun filsafat akan selalu dibutuhkan karena filsafat itu pemberi makna. Termasuk di zaman ini, filsafat itu sangat penting karena dengan berfilsafat kita dapat memberi makna pada setiap teknologi yang tercipta, dapat membantu kita memilah informasi dan dapat membuat kita menjadi hamba teknologi tetapi menjadikan teknologi sebagai rekan kita dalam kehidupan.

Namun sebelum filsafat itu dapat membantu kita, filsafat terlebih dahulu perlu diviralkan. Maksudnya ialah ilmu filsafat perlu eksis di media sosial misalnya dengan memperbanyak video sederhana yang membuat penonton berpikir filsafat, membuat konten tentang filsafat, menjelaskan filsafat dengan bahasa yang sederhana atau mungkin membuat sebuah film bertema filsafat. Kalau buku saja bisa booming mungkin membuat film dapat viral juga. Mungkin kita juga harus kembali ke masa yang lampau dimana para filsuf berkeliling ke pasar untuk bertanya. Tentu kita bukan di pasar melainkan di kafe -- kafe dengan membuat forum diskusi yang membuat pengunjung kafe tersegarkan kebutuhan ruhnya. Sehingga filsafat dapat benar -- benar eksis di era digital ini dan akhirnya filsafat bukan hanya menjadi ilmu bernalar lagi tetapi menjadi gaya hidup yang mendalam bagi setiap orang nya.

Sumber Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun