Mohon tunggu...
Kraeng Guido
Kraeng Guido Mohon Tunggu... Petani - Petani Cengkeh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pembudidaya Tanaman Cengkeh | Senang dengar lagu band Jamrud, Padi dan Boomerang

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Bertani ala Guru Agustinus

24 Mei 2019   01:57 Diperbarui: 24 Mei 2019   14:28 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Bapa Agustinus(dok. Pribadi)

Sekilas seperti yang ditulis didalam buku Ekspedisi Cengkeh, Sebelum ada BPPC, harga terendah cengkeh adalah Rp20 ribu per kilogram. Setelah ada lembaga ini, harga cengkeh turun drastis hingga Rp2 ribu per kilogram. Seketika, cengkeh yang tadinya emas, menjadi onggokan rempah tak berharga.

Harga cengkeh perlahan naik, hingga pernah mencapai Rp200 ribu per kilogram, walau sekarang ditahun 2019 ini harganya di kisaran Rp80 ribu hingga Rp100 ribuan per kilogram.

Kendati sekarang Bapak Agustinus sudah pensiun dan tidak mengajar lagi. Hanya saja kegiatan bertani ini masih digelutinya dan sampai hari ini pun beliau tetap merawat kebun cngkeh miliknya.

Pada lahan perkebunan Cengkehnya, beliau juga menerapkan tanaman tumpang sari. Tidak hanya cengkeh, beliau juga menanam buah-buahan, semisal durian, pisang, rambutan dan kopi. Ditanaminya di sela-sela pohon cengkeh yang tinggi menjulang. Hasil dari tanaman tumpang sari ini memang bilangnya tidak untuk dijual, melainkan untuk dikonsumsi sendiri dan kebutuhan keluarga.

fb-img-15579852852329652-5ce6ecde733c433deb05b8ab.jpg
fb-img-15579852852329652-5ce6ecde733c433deb05b8ab.jpg

Pada saat musim panen cengkeh selesai, hasil panen kebanyakan disimpan, hanya beberapa kilo saja yang dijual. Ini beliau lakukan karena pada saat musim panen harga cengkeh cendrung fluktuatif dan jatuh, dan memilih untuk menunggu harga yang bagus dan cocok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun