Keempat, keunggulan mutu barang yang sesuai dengan harapan pasar/konsumen. Apalagi komoditas satu ini tak hanya diminati oleh pasar dalam negeri saja, melainkan diekspor lantaran banyak peminatnya di luar negeri.
Lebih daripada itu, hal lain yang tidak kalah penting di dalam sistem agribisnis porang adalah petani harus aktif membangun kerja sama (dalam bentuk tim) dengan segenap elemen baik itu pengusaha, praktisi bisnis, dlsb.
Komunikasi interpersonal seperti itu dirasa perlu karena masih setali tiga uang dengan penguatan agribisnis porang. Selebihnya, pertukaran informasi seputar permintaan pasar atas porang, permodalan usaha, teknologi, taraf kebutuhan dan harapan konsumen hingga harga jual produk.
Singkatnya, kedua poin utama pada babaran di atas menjadi tolok ukur perilaku agribisnis berkebudayaan industri (seperti yang telah saya singgung pada tulisan sebelumnya).
Semoga bermanfaat dan salam sukses.(*)
Salam Cengkeh
Pustaka:
Suparta, N. 2009. Perencanaan Program dan Evaluasi Penyuluhan Agribisnis. Udayana University Press, Bali.
