Sistem agro-tourism ini pada dasarnya cukup menjanjikan dari segi ekonomi. Dalam artian, selain sebagai sumber pabrik pangan, suatu sisi dia mempunyai 'nilai jual' di mata insyan tualang. Dan saya pikir, nilai jual itu tak terlepas dari pola pertanian alami yang menjadi budaya agraris masyarakat Manggarai sejak dulu.
4. Pengolahan Tanaman Perdagangan
Hal paling vital lainnya dari usaha pengembangan usaha pertanian di Manggarai adalah pada level pengolahan.
Ya, pengolahan di sini sangatlah penting karena ada kecendrungan petani selama ini menjual produk pertaniannya dalam wujud mentah dan/atau barang segar, tanpa dilakukan pengolahan terlebih duhulu. Maka tak ayal harganya kerap kali jatuh, dalam bahasa kasarnya, sering dipermainkan oleh tengkulak.
Jadi, untuk mengantisipasi hal tersebut, pemerintah perlu urun rembug mengatasi diskursus buruk ini. Antara lain dengan cara memfasilitasi para petani dengan memberikan bantuan berupa alat-alat pertanian dan mesin pengolah, misalnya.
Saya yakin, bila usaha petani dibantu dengan alat pengolahan, niscaya harga jual produk pertanian nilainya bisa dua kali lipat. Selebihnya, etos kerja petani bisa semakin produktif dan dipermudah. Ihwal, pengolahan tanah tidak dilakukan secara manual lagi melainkan dibantu oleh teknologi.
Adapun beberapa jenis tanaman perdagangan di Manggarai yang dapat kita jumpai adalah tanaman kopi, cengkeh, fanili, coklat, kemiri dan porang.
Proses penanaman hingga sampai pada tahap pengolahan sejumlah komoditi ini masih dilakukan secara sederhana. Ya, penyebabnya karena beberapa alasan tadi; seputar sarana prasarana pununjang dan kurang dididik oleh politik pertanian yang komprehensif.
Singkatnya, pertanian Manggarai adalah sebuah keniscayaan. Ya, itu sudah menjadi konsekuensi logis karena mayoritas masyarakatnya bermatapencaharian sebagai petani.(*)
Salam Cengkeh