Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tarian Sanda dan Berbalas Pantun yang Menghiasi Masa Kecil Saya

20 Juli 2020   18:31 Diperbarui: 21 Juli 2020   16:00 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo pembaca yang saleh, dari pada nalar kita diobrak-abrik bila mendiskursuskan virus corona, lebih baik kita bernostalgia tentang masa silam, ketika masih kecil.

Sebelumnya, ide menulis artikel ini juga merupakan hasil kontemplasi saya seharian ini. Lebih tepatnya, seketika saya berada di kebun.

Baiklah, saya boleh bernostalgia selama memori dalam kepala saya masih cukup baik menyimpan dan mengingat semua itu.

Sewaktu kecil dulu, pada saat bulan terang tak berawan di malam hari, tersorot sejumlah keindahan yang menyeluruh. Bintang-bintang berhamburan di langit, berkelap kelip, berkedip-kedip di langit yang tenang menawan.

Hati kami amat bersukaria. Orang-orang di kampung saya sangat mencintai suasana sukaria. Ihwal, di sana kami bergembira bersama sehingga terekspresi rasa bahagia yang amat dalam.

Selebihnya, tak ada yang melarang kami dalam mengekspresikan diri. Sungguh terasa sempurna.

Ketika itu di malam hari, berduyun-duyun orang-orang tua, muda-mudi, anak-anak, memadati natas labar (halaman luas yang terletak di tengah kampung). 

Kami duduk mengelilingi halaman luas itu sambil berselimutkan kain songke (sarung tenunan) khas Manggarai.

Sambil menunggu orang tua dan muda-mudi kampung menari sanda dan berbalas pantun, kami yang masih bocah ingusan sementara asyik menghitung berapa banyak bintang yang bergantungan di langit.

Bukan saja soal siapa bisa menghitung berapa jumlah bintang di langit, tetapi siapa yang lebih lama bertahan menghitung dengan jumlah yang lebih banyak dari yang lain. Tentunya dengan kepala terangkat dan wajah tetap terarah ke langit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun