Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sepak Bola Pentakosta di Kampung, Kalau Belum Terjadi Baku Pukul Berarti Belum Rame

21 Mei 2020   15:47 Diperbarui: 23 Mei 2020   11:01 1680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepak bola sewaktu Pentekosta 2019 kemarin (dokpri)

Sisi lain, ada yang tipenya fanatik-radikal dan ada juga yang santuy sekadar cuap-cuap.

Yang membuat situasi kian seru dan menegangkan ialah ulah para penggemar fanatik-radikal dari kedua kesebelasan ini.

Tersebab, mereka kerap membuat ulah hingga acap kali memprovokasi pemain yang ada di tengah lapangan. Komentar-komentarnya kerap memancing emosi, hingga menantang suporter lain yang berakhir pada gesekan dan baku pukul.

Terlebih-lebih bila tiba pada partai puncak/ final, rawan sekali konflik karena kedua finalis sama-sama memiliki hasrat untuk keluar sebagai kampiun.

Meski ada gesekan dan adu fisik, baik antar sesama pemain juga suporter, tidak lama berselang pada akhirnya rangkulan dan saling berpelukan lagi. Tidak di bawa dendam sampai ke ulu hati

Selalu Menjadi Perdebatan

Diskursus sepak bola dalam rangka merayakan Pentakosta di paroki saya kerap memunculkan perdebatan sengit dikalangan gereja dan umat. Kendati demikian setiap tahun turnamen ini tetap diadakan menjelang Pentakosta.

Terkecuali pada momen Pentakosta tahun 2016 silam, turnamen ini sempat tidak di selenggarakan oleh pihak gereja, ihwal telah menorehkan sejarah kelam. Yakni, terjadi kasus pembacokan sesama suporter, namun tidak sampai meninggal dunia.

Yah, lagi-lagi karena ulah supporter sekte die hard tadi. Namun tak lama setelahnya mereka baikan dan meminta maaf.

Keseruan suporter diluar lapangan. Terlihat ada yang nyantai menonton dari atas bagasi Otto Kol/ angkutan (dokpri)
Keseruan suporter diluar lapangan. Terlihat ada yang nyantai menonton dari atas bagasi Otto Kol/ angkutan (dokpri)

Fakta lain juga menyuguhkan bahwa, pihak gereja dan dewan paroki sengaja menyelenggarakan turnamen ini tak lain untuk sekadar menghadirkan hiburan ke tengah-tengah umat. Selebihnya, menyaring bibit-bibit pemain bola yang memiliki bakat untuk menjadi pemain hebat.

Yang pada akhirnya akan masuk dalam tim inti desa, kecamatan ataupun tingkat kabupaten/kota. Bibitnya disemaikan salah satunya lewat turnamen pasca momen pentakosta ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun