Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Candela Porang di Tanah Manggarai

9 Januari 2020   20:56 Diperbarui: 11 Januari 2020   13:23 1858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanaman porang yang persis ditanam di belakang dapur (Dokumentasi pribadi)

Tulisan ini masih tentang tanaman (umbi) porang ya. Pada tulisan sebelumnya, tepatnya yang saya rilis kemarin (8/01) menceritakan bagaimana muda-mudi di tempat saya yang sekarang ini mulai nimbrug dengan tanaman porang.

Singkatnya, setelah tulisan saya tersebut berhasil dan ditayangkan di Kompasiana, pun sempat dishare oleh Kompas.com, ternyata rata-rata masih banyak pembaca yang pada umumnya masih belum tahu menahu sepak terjang dari tanaman porang ini.

Awalnya saya merasa sangat senang karena melalui tulisan itu, saya bisa memperkenalkan tanaman porang kepada khalayak perihal manfaat dan kegunaannya.

Syukur-syukur bila setelah membaca itu, ada banyak orang yang merasa perlu dan turut ikut membudidayakan tanaman porang ini. Karena dari segi ekonomi cukup memberikan laba dan nilai tambah.

Fakta lain juga menyuguhkan bahwa, tanaman porang lazimnya tumbuh di hutan-hutan belantara. Tepatnya hutan hujan tropis. Saya juga kurang tahu pasti terkait keberadaan dan penyebaran tanaman porang ini di Indonesia. Apakah tumbuh di semua tempat, ataukah hanya ada di beberapa reksa wilayah saja? Tidak tahu juga.

Bahkan seketika para pembisnis porang itu menyambang ke tempat saya di Manggarai, kami sempat dibuat kaget dan menganga. Karena selama ini tanaman porang ini dipandang sebagai tumbuhan liar layaknya alang-alang dan dibasmi seperti benalu.

Swafoto dikebun porang (foto Yanto Jr)
Swafoto dikebun porang (foto Yanto Jr)

Kini, harga porang tawarnya pun tidaklah main-main. Hampir setara dengan harga komuditas unggulan yang lain. Sebut saja misalnya harga cengkeh dan kopi Arabika, kopi khas Manggarai.

Baca juga: Bisnis Porang yang Harganya Mulai Bersaing dengan Cengkeh

Sedikit saya terangkan kembali bahwa untuk reksa wilayah Manggarai Raya, umbi porang kering dihargai 50 sampai 55 ribu per kilo. Sementara untuk porang mentah 15 sampai 20 per kilo. Hampir tinggal sedigit lagi menyangi harga cengkeh, yang sekarang ini 65 ribu per kilonya.

Tak ayal, dengan hadirnya (bentuk bisnis baru) dari tanaman porang ini, mereka lebih aktif mengurusi tanaman porang ketimbang mengurusi tanaman lain. 

Sejauh ini memang tidak ada geliat mengalihfungsikan lahan. Oleh karena tanaman porang ini bisa ditanam di sela-sela tanaman agribisnis lainnya, dalam hal ini cengkeh, cokelat dan sebagainya.

Sisi lain Tanaman (Umbi) Porang
Tanaman porang dapat diklasifikasikan ke dalam jenis tumbuhan yang bermarga Amorphophallus.

Sementara itu, yang bernilai dari tanaman porang adalah umbinya. Umbi tanaman porang layaknya seperti umbi-umbian lain yang kita tanam di kebun. 

Ukurannya pun setara umbi jalar yang bulat dan warnanya seperti umbi talas. Tapi umunya sekaliber umbi porang ini mempunyai kulit luar yang tebal dan kasar.

Untuk proses penjemuran dan pengeringan umbi porang dibutuhkan waktu 4 sampai 6 hari pasca pemetikan. Tergantung intensitas mataharinya sih sebenarnya. Tapi untuk wilayah Manggarai dengan iklim sedang biasanya memerlukan waktu 4 sampai 6 hari.

Umbi Porang (Dokumentasi pribadi)
Umbi Porang (Dokumentasi pribadi)
Dan yang paling penting ialah, setelah buah porang ini kering dijemur, diusahakan agar tidak terkena air dan jangan disimpan di ruangan yang lembab.

****
Pada tulisan sebelumnya juga, saya sempat menceritakan tentang teman saya yang mulai huru-hara menggalakaan penanaman porang ini di kebun miliknya.

Adalah Yanto Jr, begitu nama panggilnya. Dia merupakan keponakan sekaligus teman saya yang kini selangkah lebih awal dalam mencuri start dari pada saya dalam menancapkan gas menanam porang ini. Pengetahuan saya tentang porang ini pula saya dapatkan dari dia.

Kini di sekeliling pekarangan rumahnya tampak dipenuhi oleh tanaman porang. Batang dan daunnya terlihat hijau dan segar, di sela-sela pohon pisang yang tumbuh menjulang disekitarnya. 

Lebih lanjut, Januari ini tanaman porangnya berumur dua bulan lebih. Terhitung masa tanamnya dimulai semenjak November 2019 yang lalu. Porangnya kini tumbuh subur dan sehat. Hanya tinggal menunggu waktu setahun lebih lagi kira-kira untuk menuai apa yang ditanam.

Saya sangat bangga padanya. Setidaknya sudah mulai mencalak taring dengan aktifitas tani. Bukan hal yang tabu tentunya, seorang sarjana muda memilih bertani. Dari pada terus bergelut dengan keresahan karena terbebani gelar dan ijazah dalam berburu kerja.

Kendati pun memilih bertani dan bercocok tanam (porang) tidak memerlukan penalaran teoritik yang super njelimet ruwet. Santuy tanpa banyak tuntutan. Kuncinya tidak alergi dengan tanah dan cangkul saja. Proporsi pentingnya itu. Hehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun