Mohon tunggu...
Al Mujizat
Al Mujizat Mohon Tunggu... profesional -

Jutaan ide milyaran rasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lonceng Kematian Taksi Konvensional

14 April 2017   08:59 Diperbarui: 14 April 2017   19:00 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu yang dikhawatirkan penumpang taksi konvensional adalah harga sewa. Memang ada argo, namun siapa yang bisa jamin sang supir tidak mengadali penumpang yang tidak tahu jalan. Okelah jika si supir tidak berniat menipu, namun kalau dia tidak tahu jalan seperti yang saya alami bagaimana. Sudah rugi diongkos juga rugi waktu. Tapi kalau taksi online, kekhawatiran itu tidak akan terjadi. Dari sejak pemesanan, besaran harga sudah ada. Tinggal kebaikan penumpang untuk memberi tips. Tidak mungkin si supir melama-lamakan perjalanan. Ga ngaruh dengan harga. Malah jatuhnya rugi. Semakin lama waktu yang dibutuhkan jelas boros bahan bakar dan itu berarti buang-buang uang.    

Tak heranlah jika taksi konvensional kalah bersaing. Dulu Bluebird sebagai perusahaan taksi tumbuh berkembang tanpa tanding. Sahamnya pun sangat moncreng. Namun pada tahun 2016, saham eminte taksi terbesar di Indonesia ini menjadi salah satu top loser di Bursa Efek. Terjun bebas hingga 58 persen. Penyebabnya apalagi kalau bukan kemunculan taksi online seperti Uber, Grab Car dan Go Car.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun