Mohon tunggu...
Gubuk Literasi SMAIS
Gubuk Literasi SMAIS Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas Literasi SMA Islam Sabilillah Malang

Kumpulan siswa-siswi melek baca-tulis di SMA Islam Sabilillah Malang Boarding School Sistem Pesantren. Berdiri sejak 1 Agustus 2018 dan telah meretaskan 80 buku solo maupun antologi ber-ISBN.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lauhul Mahfudz

30 April 2024   11:41 Diperbarui: 30 April 2024   12:18 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kamu tau pergaulan diluar sana gimana buruknya buat kepribadian kamu, bunda mau yang terbaik buat kamu Ra."

Nasihat bunda yang selalu membuatku dongkol entah mengapa, aku tau semua itu untuk kebaikanku sendiri, tapi remaja mana yang tidak mau memiliki masa SMA yang bebas diluar sana. 3 bulan berlalu waktu penerimaan santri baru mulai dibuka dan aku yang tidak bisa melawan apa yang orang tuaku perintahkan. Aku sudah menolak semampu yang aku bisa namum apa boleh buat jika restunya begitu. Menurutku menjadi santri juga ada dampak positifnya karena mungkin aku bisa mendapat banyak teman dan pengalaman seru seperti yang orang orang ceritakan di twitter.

Waktu berjalan secepat sambaran petir, seminggu lagi  tidak terasa aku sudah menjadi santri di pondok pesatren yang tidak pernah sekalipun terpikir bahwa aku akan melanjutkan pendidikan disana, Hari itu suasana hatiku sangat buruk, aku hanya merengek kepada bunda dan ayah karena aku belum siap berpisah dari mereka. Hari pertama aku lewati dan terasa sangat lama karena hanya dipenuhi dengan tangisan. Seminggu disana rasanya sudah seperti satu dasawarsa yang tak kunjung usai, meskipun sudah memakan lumayan banyak waktu disana aku tak kunjung betah dilingkungan baru ini, dan ternyata anggapan bahwa disini akan seru ternyata salah besar..

Banyak masalah yang aku lewati disini, mulai dari menjadi buronan ustadzah karena sering telat mengikuti sholat berjamaah sampai kamarku yang sering ku tinggal dengan keadaan sedikit berantakan, iyaa sedikit sekali. Setelah banyak tangisan yang aku tumpahkan disini akhirnya tiba juga waktu dimana aku bisa pulang meskipun hanya seminggu. Dirumah aku banyak menceritakan masalahku di pondok dengan bunda, aku merengek meminta pindah sekolah dengan berbagai alasan masalah yang memang benar terjadi. Namun respon bunda hanya menyuruhku bersabar dengan segala ujian hidup ini.

Setelah waktu balik pondok tiba, di pondok di adakan acara gabungan bersama laki laki. Itu pertama kalinya aku  melihat batang hidung laki laki disana padahal sudah hampir 3 bulan aku disini. Hari itu pertama kali aku melihatnya..

Entah kenapa diantara ratusan santri aku hanya melihatnya, pandanganku tertuju padanya. Dia yang selalu menundukkan pandangan ketika melewati kami, santri putri. Dan dia yang selalu tersenyum dalam bicaranya. Saat itu aku belum mengetahui nama laki laki itu, dan aku juga tidak terlalu peduli karena pikirku ini hanya efek terlalu lama tidak melihat laki laki.


Hari ini aku ditugaskan oleh ustadzah ke kediaman nyai di pondokku untuk menyampaikan sedikit pesan, tapi siapa sangka aku bertemu dengannya lagi disana, dengan dia yangmembuat pandanganku tertuju kala itu. Disana dia bertemu kyai mungkin juga dengan urusan yang sama denganku. Karena terlalu kepo siapa lelaki itu, sepulang dari sana aku menannyakan nama dia pada temanku yang bisa dibilang sumber informasi pondok, entah bagaimana dia bisa mengetahui semua informasi disini terutama lelaki.

"Eh Nov, kamu tau ga si cowok yang aku kasi tunjuk kamu waktu kita pertama kali acara gabungan sama cowok, siapa si namanya ?."

"Ohh, dia namanya Dikta, kamu suka ra sama dia?."

"nggaa, apaansi cuma kepo doing."

Percakapan malam itu tentang dia hanya berhenti sampai disitu saja. Namun waktu terus berlalu hingga tiba waktu kelulusanku, dan tetap dengan dia yang kulihat di waktu itu.Mungkin aku hanya pernah melihatnya 3 kali selama disini, tapi entah kenapa rasa itu selalu sama. Jantungku selalu berdetak kencang seperti starter motor ninja abang abang di pertigaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun