Penulis: Mohamad Arya Adinata Kurniawan
Kelas: XII MIPA 1B
Setelah kehilangan semuanya kini Ara Mayantara atau yang biasa disebut Ara tidak tahu tujuan hidup. Dia pergi dari kerajaan tempat tinggalnya. Setelah sekian lama, akhirnya Ara keluar dari goa tempat kerajaannya. Dia melihat sekeliling dan sepertinya tidak ada yang berubah seperti 10 tahun lalu sebelum perperangan terjadi. Memang ini bukanlah perang yang merusak, tetapi karena perang inilah Ara kehilangan Sebagian besar orang yang dekat dengannya.
Ara kemudian berjalan menuju jalan raya terdekat. Dia menunggu mobil lewat dengan maksud mencari tumpangan. Setelah beberapa saat datanglah mobil bak pengangkut sayur mayur. Mobil itu menawari tumpangan kepada Ara. Dengan senang hati Ara duduk di bak mobil tersebut sembari melihat pemandangan disekitar. Dia tidak tahu apa-apa akan dunia luar ini, Ara hanya mengikuti kemanapun arah mobil ini pergi. Ara kemudian menutup matanya lantaran mengantuk karena dia belum tidur sejak sebulan lalu.
Ara kemudian dibangunkan oleh supir mobil bak itu. Dia terbangun dan mengucapkan terimakasih kepada supir itu. Setelah menginjakkan kakinya di tana abu-abu yang keras, dia kemudian melihat sekelilingnya. Ara takjub juga heran karena dia berada di kota yang sangat besar, banyak bangunan penuh kaca yang sangat tinggi. Adapula kendaraan seperti mobil bak dengan berbagai variasi. Ara kemudian bertanya kepada sopir itu “Dimana…aku…sekarang?”
Sopir itu menjawab “Oh mbaknya di Central Mall Jakarta.”
“Senter…mal… Jakarta?” Tanya Ara kebingungan.
“Uh, apakah mbaknya gak tahu tempat ini? Saya kira mbaknya orang Jakarta soalnya rambut mbaknya disemir pink sama kayak ada bando tanduk kambing atau apalah itu, jadi saya kira mbaknya orang kota yang lagi cosplay. Lagian mbaknya juga gak ngomong mau berhenti Dimana jadinya kebablasan sampe sini toh. Aku juga mau mbangunin, tapi liat mbaknya tertidur pulas kayak kasihan. Apa perlu saya antar mbalik?” Jawab sopir itu.
“Oh enggak kok. Gak apa-apa ini memang tujuanku. Sekali lagi terimakasih ya pak.”
“Oh nggih jika begitu, sama-sama mbak.”
Ara kemudian berjalan berkeliling kota tanpa tahu arah. Orang-orang dikota seolah-olah sudah sangat terbiasa dengan penampilan yang mencolok. Mereka bahkan tidak mempedulikan Ara dengan rambut pink dan tanduk kambingnya berjalan tanpa menggunakan alas kaki. Walaupun begitu Ara juga tidak mempedulikan orang-orang disekitarnya. Dia tetap berjalan menikmati pemandangan asing ini hingga malam hari.
Pemandangan malam hari sungguh berbeda dengan pemandangan kota di siang hari. Lampu-lampu mewarnai bangunan kaca pencakar langit, warna merah dan putih lampu mewarnai jalanan disekitarnya, dan banyak sekali gambar berjalan yang terang di sepanjang jalan. Tetapi dibalik indahnya kota di malam hari dia didatangi oleh lelaki dan temannya yang tidak dikenal. Lelaki itu menggoda Ara dan merayunya untuk ikut bersamanya. Ara menolak dengan alas an ingin melihat pemandangan kerajaan kaca yang bewarna ini lebih lama. Lelaki itu kemudian memegang dan menarik tangan Ara.
“Maaf kak tapi saya masih ingin keliling tempat ini.” Ucap Ara sambil mencoba untuk melawan.
Lelaki itu kemudian menarik tangan Ara dengan keras. Mood Ara kemudian berubah seketika, dia menjadi marah karena merasa terganggu.
“Aku peringatkan ya kak, aku gak mau ikut sama kakak.” Gertak Ara.
“Sudah ikut aja sama aku.” Ucap lelaki itu sambil tersenyum.
Ara sudah tidak tahan lagi, dia kemudian memukul perut lelaki itu sekuat tenaga. Lelaki itu terpental dan batuk sambil mengeluarkan darah. Teman lelaki itu kemudian mencoba untuk memukul Ara tetapi tangannya dipegang dan dengan mudah Ara meremukkan tangan lelaki itu. Lelaki itu menjauh dan menelpon polisi.
“Dasar Monster! Menyingkirlah.”
Tanpa berkata apa-apa Ara kemudian pergi menjauhi mereka. Dari kejauhan Ara melihat lampu bewarna biru dan merah berkedip menuju arahnya. Datanglah beberapa mobil dengan lampu kelap-kelip dan sirine yang berisik menuju arahnya. Dari mobil itu keluar beberapa orang berseragam menodongkan benda aneh kearahnya. Ara diam saja dan mengikuti arahan orang berseragam tersebut. Tangan Ara diikat dengan tali besi yang aneh. Dia kemudian duduk di bagian kursi belakang mobil tersebut.
Beberapa saat kemudian Ara dibawa di ruangan sempit yang hanya ada dua kursi dan satu meja. Dia duduk di sana sambil menunggu seseorang yang tidak kunjung datang. Ara pun bosan, dia kemudian mengedipkan matanya dengan penuh fokus. Dalam sekejap Ara berada di supermarket awal dia turun di kota itu. Dia kemudian memutuskan untuk pergi dari kota ini dengan menumpang di mobil bak yang berbeda.
Tanpa disadari sopir mobil bak itu, Mobil itu keluar dari perkotaan penuh gedung tinggi dan cahaya itu. Walaupun sepertinya mobil itu tidak mengarah ke Kerajaan tempat tinggalnya Ara tetap duduk sambil melihat pemandangan malam hari.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI