Mohon tunggu...
Gubuk Literasi SMAIS
Gubuk Literasi SMAIS Mohon Tunggu... Komunitas Literasi SMA Islam Sabilillah Malang

Kumpulan siswa-siswi melek baca-tulis di SMA Islam Sabilillah Malang Boarding School Sistem Pesantren. Berdiri sejak 1 Agustus 2018 dan telah meretaskan 80 buku solo maupun antologi ber-ISBN.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bukan Orang Hilang

16 April 2024   22:13 Diperbarui: 16 April 2024   22:18 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemandangan malam hari sungguh berbeda dengan pemandangan kota di siang hari. Lampu-lampu mewarnai bangunan kaca pencakar langit, warna merah dan putih lampu mewarnai jalanan disekitarnya, dan banyak sekali gambar berjalan yang terang di sepanjang jalan. Tetapi dibalik indahnya kota di malam hari dia didatangi oleh lelaki dan temannya yang tidak dikenal. Lelaki itu menggoda Ara dan merayunya untuk ikut bersamanya. Ara menolak dengan alas an ingin melihat pemandangan kerajaan kaca yang bewarna ini lebih lama. Lelaki itu kemudian memegang dan menarik tangan Ara.

“Maaf kak tapi saya masih ingin keliling tempat ini.” Ucap Ara sambil mencoba untuk melawan.

Lelaki itu kemudian menarik tangan Ara dengan keras. Mood Ara kemudian berubah seketika, dia menjadi marah karena merasa terganggu.

“Aku peringatkan ya kak, aku gak mau ikut sama kakak.” Gertak Ara.

“Sudah ikut aja sama aku.” Ucap lelaki itu sambil tersenyum.

Ara sudah tidak tahan lagi, dia kemudian memukul perut lelaki itu sekuat tenaga. Lelaki itu terpental dan batuk sambil mengeluarkan darah. Teman lelaki itu kemudian mencoba untuk memukul Ara tetapi tangannya dipegang dan dengan mudah Ara meremukkan tangan lelaki itu. Lelaki itu menjauh dan menelpon polisi.

“Dasar Monster! Menyingkirlah.”

Tanpa berkata apa-apa Ara kemudian pergi menjauhi mereka. Dari kejauhan Ara melihat lampu bewarna biru dan merah berkedip menuju arahnya. Datanglah beberapa mobil dengan lampu kelap-kelip dan sirine yang berisik menuju arahnya. Dari mobil itu keluar beberapa orang berseragam menodongkan benda aneh kearahnya. Ara diam saja dan mengikuti arahan orang berseragam tersebut. Tangan Ara diikat dengan tali besi yang aneh. Dia kemudian duduk di bagian kursi belakang mobil tersebut.

Beberapa saat kemudian Ara dibawa di ruangan sempit yang hanya ada dua kursi dan satu meja. Dia duduk di sana sambil menunggu seseorang yang tidak kunjung datang. Ara pun bosan, dia kemudian mengedipkan matanya dengan penuh fokus. Dalam sekejap Ara berada di supermarket awal dia turun di kota itu. Dia kemudian memutuskan untuk pergi dari kota ini dengan menumpang di mobil bak yang berbeda.

Tanpa disadari sopir mobil bak itu, Mobil itu keluar dari perkotaan penuh gedung tinggi dan cahaya itu. Walaupun sepertinya mobil itu tidak mengarah ke Kerajaan tempat tinggalnya Ara tetap duduk sambil melihat pemandangan malam hari.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun