Mohon tunggu...
Go Teng Shin
Go Teng Shin Mohon Tunggu... -

Menulis dengan Data dan Logika.\r\nHobby tertawa, tinggal di Jakarta Barat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Isu Mundurnya Heru : Pengumpul KTP, Mesti Berapa Kali Dikadalin Ahok?

31 Mei 2016   08:20 Diperbarui: 31 Mei 2016   08:38 3624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di lain pihak, Ahok akan mengalami masalah berat saat verifikasi KTP. 600ribu KTP pertama dikumpulkan sebelum citra bersih Ahok tergerus sejak penangkapan terhadap Sanusi dan Ariesman. Ahok ternyata bukan air suci yang mensucikan seperti klaim Teman Ahok. Mulut kasarnya tak lagi istimewa sebab bukan ketegasan yang keluar dari hati yang bersih. Berapa KTP yang masih tetap mendukung Ahok saat diverifikasi? Ini adalah sebuah perjudian.

Kemudian 300ribu KTP yang terkumpul setelah jatuhnya citra Ahok, tergerusnya elektabilitasnya dan sepinya booth-booth Ahok di mall; diragukan banyak pihak kesahihannya bahwa ini sekedar klaim sepihak Teman Ahok.

Proses verifikasi sendiri cukup berat. Pemilik KTP harus ada di tempat, jika tidak maka harus dimobilisasi ke tempat pendaftaran atau kantor kelurahan pada saat yang ditentukan. Berapa banyak warga DKI yang sibuk mau meluangkan waktu jika saat Pilkada yang sebenarnya, banyak yang pilih golput sebab malas ke tempat pencoblosan?

Ketiga faktor tersebut bukan sepele. Setelah gembar-gembor dan pamer arogansi; bayangkan betapa malunya jika jumlah KTP yang bisa diverifikasi ternyata kurang dari batas minimum? Kalah di Pilgub mungkin masih bisa ada alasan. Tapi kalau sebelum maju saja sudah terlihat KTP yang dikumpulkan pada bodong apakah masih perlu maju Pilgub? Modal Ahok selama ini ya mitos elektabilitasnya yang dipepes dan ditumis terus menerus oleh media pendukungnya dan lembaga survey. Apalagi jika sampai gagal maju, pasti kiamatnya serasa terjun dari Monas.

Sebenarnya niat Ahok sudah terbaca sejak awal. Pengumpulan KTP ini hanya bargaining chip saja. Buktinya pada saat Teman Ahok mengepul KTP, Ahok sibuk menggalang dukungan parpol. Dengan partai yang kursinya gurem juga rela pakai jaket, neken formulir pendaftaran seperti pemulung duit recehan sementara sesumbar tak butuh partai.

Niatnya untuk menggertak PDIP dengan 700ribu KTP pengumpulan pertama ternyata digemboskan Yusril; yang memberitahu PDIP dan masyarakat, semua KTP itu tak ada nilainya dan harus dikumpulkan ulang. Sejak itu kesaktian Ahok di mata PDIP hilang, malah dirinya harus meringis dibully Megawati di acara launching buku.


Rindu dendam Ahok ingin dipinang PDIP bisa dipahami, sebab dengan PDIP Ahok tak perlu lagi meladeni yang gurem. Lebih indah lagi jika partai yang kursinya cukup untuk nyalon sendiri ini bertekuk lutut kepada Ahok. Namun merapatnya PDIP dan Gerindra membuat Ahok panik. Sehingga berkali-kali memberi sinyal sangat ngarep, mengaku dekat dan disayang Megawati. Sehingga tanpa malu-malu langsung menyebut Heru mundur untuk memberi tempat Djarot. Harapannya, dengan menggandeng Djarot selain mensabotase idea Sjafrie-Djarot; juga mengamankan dirinya untuk diusung PDIP.

Ahok perlu alasan 'terhormat' untuk maju lewat Parpol dan membuang KTP buat Ahok; apa yang lebih bagus dari Heru yang mundur sehingga KTP batal dan Ahok 'terpaksa' ikut Parpol? Di sipoanya Ahok, dulu Heru pun cuma calon yang diciptakan dengan terburu-buru dalam semalam saat KTP jilid satu batal dan harus cepat mengepul KTP jilid dua. Setelah Ahok gagal membujuk Djarot maju independen bersamanya, membelakangi PDIP. Beberapa pengamat politik seperti Tjipta Lesmana menganggap Heru pilihan salah yang tak punya nilai jual. Jadi apa ongkosnya 'membuang' Heru? Setelah Heru mundur, KTP batal maka Ahok dengan sedih melepas mimpinya untuk maju independen mendobrak dominasi parpol busuk! Dan demikian juga Parpol tidak malu lagi mendukung Ahok sebab Ahok resmi dicalonkan Parpol.

Apabila akhirnya PDIP tetap tak sudi mendukung Ahok; minimal dengan mundurnya Heru maka posisi Cawagub jadi terbuka untuk kandidat dari Golkar. Maka akan lebih mudah untuk Papa Setya Novanto menggolkan wacana mendukung Ahok di internal Golkar.

Siasat yang sekilas terlihat pintar; tapi sebenarnya mudah terbaca. Kasar dan memualkan, tanpa nurani dan etiket di antara proses politik yang semakin vulgar dan tidak bermalu di bawah rezim ini.

Siapa yang dirugikan? Teman Ahok? Mereka seperti yang semakin terungkap, adalah perpanjangan tangan dari Cyrus. Konsultan politik tidak bermain untuk menang kalah, apalagi idealisme. Mereka dibayar untuk menjalankan perannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun