Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Papa Sudah Pergi, Mari Lanjutkan Hidup dengan Sadar

3 Maret 2023   05:55 Diperbarui: 3 Maret 2023   05:51 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat papa meninggal, pikiran saya dipenuhi dengan berbagai penyesalan. Mengapa saya tidak lebih banyak meluangkan waktu untuk papa? Mengapa saya tidak berbuat lebih banyak bakti kepada papa? Mengapa saya tidak memberikan lebih banyak upaya untuk menyenangkan papa? Tetapi selayaknya manusia biasa, penyesalan selalu muncul ketika semuanya sudah terlambat. Saat papa masih hidup dan ada di depan mata saya, saya selalu berpikir bahwa masih banyak waktu untuk bisa bertemu dengan papa; tetapi saat papa sudah meninggalkan dunia ini, baru saya menyadari bahwa batas waktu kita di kehidupan ini benar-benar tidak dapat ditebak.

Adapun penghiburan terbaik bagi saya dalam menghadapi masa-masa duka ini ada dua: (1) dukungan sosial dari keluarga dan sahabat, dan (2) perenungan saya terhadap ajaran Buddha.

Khotbah pertama Buddha mengajarkan tentang "Duhkha Arya Satya / Dukkha Ariya Sacca". Jika diterjemahkan secara letterlijk, kita mungkin mendapatkan arti "Kebenaran Mulia tentang Ketidakpuasan / Penderitaan", tetapi saya sering menerjemahkannya secara bebas menjadi:

"Kenyataan tentang adanya ketidakpuasan dalam hidup".

Hidup memang tidak bisa berjalan 100% sesuai keinginan kita. Selama kita masih tenggelam dalam keserakahan, kebencian (termasuk tidak mampu menerima realitas), dan ketidakbijaksanaan; kita akan sulit untuk berdamai dengan kenyataan ini. Inilah yang sebenarnya membuat kita menderita, karena kita berharap agar kehidupan selalu bisa sesuai dengan mau kita; dan kita memaksakannya - makanya kita menghalalkan berbagai cara untuk mewujudkan keinginan dengan cara-cara yang serakah, kita menyakiti orang lain yang kita anggap tidak mengerti kita, dan terus berpikir keliru bahwa cara-cara tadi akan memberikan kita kebahagiaan.

Maka, agar kita mampu mengatasi ketidakpuasan hidup ini (dukkha / duhkha), Buddha mengajarkan Jalan Mulia Berunsur 8, yang jika dipadatkan lagi menjadi 3 faktor besar, yakni:

1. Menjaga moralitas,

2. Melatih kesadaran penuh & berkontemplasi,

3. Mengembangkan kebijaksanaan.


Ketika 3 faktor sudah dikembangkan dengan sempurna, maka perubahan dan ketidakpuasan dalam hidup tidak akan lagi mampu membuat kita menderita.

(Tentu saja saya belum mencapai tahap spiritual yang sedalam ini, tetapi sebisa mungkin saya akan melatih diri untuk menuju ke sana)

Kesedihan saya atas meninggalnya papa mengingatkan saya bahwa semuanya benar-benar hanya sementara, bisa datang dan pergi begitu saja. Pagi hari papa masih membelikan saya sarapan (beliau tahu saya sering melewatkan sarapan) dan mengantarkan adik saya pergi bekerja, tapi masih pada pagi hari yang sama juga, papa meninggalkan kehidupan ini untuk selamanya.

Adapun pesan terakhir Buddha sebelum wafat menjadi pegangan saya:

"Semua yang berkondisi bersifat tidak kekal, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun