Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ada Berkah di Balik Duka

3 Oktober 2022   04:34 Diperbarui: 3 Oktober 2022   05:05 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada Berkah Di Balik Duka (gambar: crushpixelx.com, diolah pribadi)

Tidak pernah terbayangkan bahwa suatu hari saya bisa menjadi seorang penulis. Ceritanya cukup panjang. Mohon luangkan waktu Anda yang berharga untuk TIDAK membacanya, he he he.

Bukan ketik sembarang ketik kata 'tidak', tapi sudah menjadi sifat manusia untuk melakukan hal yang berlawanan. Nah, benar kan? Buktinya Anda masih terus membacanya, ha ha ha ...

Berawal dari pemberian sebuah buku dari seorang teman yang berisi cerpen-cerpen tentang guru, di mana salah satu dari cerpen-cerpen tersebut adalah hasil karya teman saya itu. Dia mempersembahkan buku tersebut kepada saya sebagai hadiah ulang tahun saya yang entah ke berapa.

Sengaja lupa ketik, ha ha ha. 

Begitu terkesannya saya dengan hadiah tersebut hingga saya termotivasi untuk menorehkan karya tulis saya yang bermanfaat bagi orang lain dan dikemas dalam buku seperti itu. Nah, bagaimana caranya?

Tanpa disadari jalannya terbuka sendiri buat saya melalui kejadian duka yang saya alami pada tahun 2019 ketika saya divonis mengidap NPC, bukan KFC yang disukai orang, tetapi NPC atau Nasopharynx Cancer/kanker nasofaring, sejenis penyakit yang ditakuti orang.

Begitu kabar tentang penyakit saya tersebar di media sosial, sok selebriti pula, banyak doa dan dukungan yang saya terima dari keluarga, famili, teman-teman, dan rekan-rekan kerja saya.

Salah satunya dari teman SMA saya yang berada di kota yang berbeda karena dia juga pernah mengidap penyakit kanker dan sudah sembuh dari penyakitnya. Sekarang dia aktif di wihara dalam menolong orang-orang yang membutuhkan bantuan.

Berkat informasi yang diberikannya dan karena pandemi Covid-19, saya bisa mengikuti kegiatan puja bakti online setiap pagi, mendengar wejangan dari Bhante tentang dhamma sehingga saya bisa memahami dhamma dan mempraktekkannya dalam berpikir, bertutur kata, dan berperilaku yang baik.

Pertama-tama yang saya lakukan adalah berbuat kebajikan sesuai dengan kemampuan yang saya miliki, yakni dengan berdana kepada siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Dari kegiatan berdana inilah saya diajak bergabung di grup perpesanan yang khusus menggalang dana untuk membantu orang-orang yang benar-benar membutuhkan bantuan.

Kesempatan menjadi penulis muncul tanpa diundang dari seorang teman di grup tersebut yang sudah menjadi penulis. Suatu hari dia berbagi tulisannya ke grup dan terbaca oleh saya. Lalu berkat bantuannya saya bisa bergabung dengan grup penulis Mettasik (Menulis metta dengan asyik) yang anggota-anggotanya sangat asyik dan saling mendukung.

Betapa bahagianya ketika tulisan perdana saya ditayangkan di Kompasiana. Seperti mimpi saja. Selanjutnya tulisan-tulisan berikutnya berhasil saya selesaikan biarpun dalam kondisi fisik yang belum benar-benar fit.

Saya berusaha menulis dengan hati dan berusaha menarik pembaca untuk terus-menerus berbuat kebajikan. Yang penting saya melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain tanpa mengharapkan keuntungan dari buah kebajikan yang saya lakukan. Jadi prinsipnya adalah berbuat kebajikan dengan sepenuh hati.

Kebahagiaan saya bertambah ketika para senior di grup Mettasik merencanakan untuk mengumpulkan 30 tulisan-tulisan tentang kebajikan berdasarkan pengalaman pribadi dan menerbitkannya dalam sebuah buku yang berjudul Dari Nol Menuju Bahagia. Tulisan perdana saya bernasib baik karena terpilih, he he he.

cover buku dari nol menuju bahagia (dok pri mettasik)
cover buku dari nol menuju bahagia (dok pri mettasik)

Lalu tulisan ke-5 tentang murid saya yang menjadi dokter dan mengobati saya dengan sungguh-sungguh terpilih untuk dibacakan dan disiarkan di Podcast Mettasik. Saya berusaha menceritakannya dalam kondisi bibir yang baru dioperasi sehingga pelafalannya ada yang kurang tepat karena bibir belum boleh dibuka lebar.

Terus terang saya baru pertama kali merekamnya dan langsung mengirimnya ke tim Podcast Mettasik. Sim salabim! Suara saya yang mirip suara pria disetujui untuk digunakan dalam Podcast Mettasik sebagai narator karena lebih seru kalau penulisnya sendiri yang menceritakan pengalaman pribadinya, Menanam Kebajikan, Menuai Kebahagiaan Sebagai Seorang Guru.


Selanjutnya tulisan ke-6 dengan judul 3 Akar Kejahatan vs 4 Sifat Luhur, Meraih Kebahagiaan Sejati, dimasukkan ke majalah Nalanda untuk edisi bulan Agustus 2022 tentang pembebasan.

Bagi saya pribadi, kebahagiaan tertinggi yang berhasil saya raih sebelum mencapai kebahagiaan tertinggi/pencapaian nibbana sesuai dengan ajaran guru junjungan kita, Sang Buddha, adalah menjalani hidup sesuai dhamma dengan berbuat kebajikan (dana), menjaga moral (sila), dan bermeditasi (bhavana). Dan selagi masih ada kesempatan, segeralah kita menapaki jalan menuju kebahagiaan sejati/pencapaian nibbana.

Akhir kata, izinkan saya menyampaikan terima kasih kepada grup Mettasik yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk menjadi penulis dadakan dan bisa merealisasikan keinginan saya untuk berbuat kebajikan dengan cara menyebarkan dhamma, serta bisa berbagi kebahagiaan dengan cara yang asyik dan unik.

Sabbe satta bhavantu sukhitatta. Semoga semua makhluk berbahagia.

**

Medan, 03 Oktober 2022
Penulis: Tania Salim, Kompasianer Mettasik

Be Grateful! Be Happy! Be Strong!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun