Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Teratai, Simbol yang Maknanya Jarang Diketahui

27 September 2022   05:07 Diperbarui: 27 September 2022   05:10 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teratai, simbol yang maknanya jarang diketahui (gambar: hipwee.com, diolah pribadi)

Ketika pikiran diam dan hanya mengamati maka mulailah apa yang sebenarnya terungkap, apapun yang diamati hanyalah muncul, sebentar lalu sirna, tidak ada yang kekal (anicca).

Mengembangkan Kebijaksanaan

Mengejar dan mempertahankan sesuatu yang tidak kekal, pada akhirnya hanyalah kesia-siaan, tidak akan berhasil, akan berujung pada kesedihan dan nestapa. Melekat sesuatu yang tidak kekal ini hanya membawa penderitaan (dukkha).

Sesuatu yang tidak kekal, tidak mungkin dapat dijadikan milik. Kemunculannya tidak dapat dikendalikan, sirnanya juga tidak dapat dikendalikan.

Kalimat "Ia menyakiti perasaanku", adalah pernyataan yang mengatakan bahwa perasaan adalah dirinya, suatu anggapan bahwa perasaan adalah diri, diri adalah perasaan, diri dalam perasaan, perasaan dalam diri. Karena "perasaan" hanya muncul dan lenyap tidak dapat dipertahankan, tidak dapat dikendalikan, sehingga tidak mungkin perasaan atau lainnya adalah diri (anatta).

Pengalaman melihat dan mengalami langsung hal ini menimbulkan keengganan (nibbida) dan meninggalkan (viraga) semua sensasi kenikmatan indrawi, sehingga apapun kontak sensasi kenikmatan indrawi yang terjadi tidak akan lagi mengganggunya lagi (vimutti).

Perubahan cara hidup dengan pandangan yang benar, pikiran yang benar, ucapan yang benar, tindakan yang benar, mata pencaharian benar, berdaya upaya dengan benar, selalu waspada dan konsentrasi benar, akan melindungi diri dari sensasi kenikmatan indrawi.

Seperti teratai yang tidak terkotori oleh lumpur, karena terlindung oleh lilin kebijaksanaan.

**

Jakarta, 27 September 2022
Penulis: Jayanto Chua, Kompasianer Mettasik

Programmer | Penulis Buku| Praktisi Meditasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun