Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jhana dan Tantangan yang Dihadapi Yogi Saat Bermeditasi

15 September 2022   19:45 Diperbarui: 16 September 2022   19:20 1495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Sayalay Daw Dipankara (gambar: mettacentre.com, diolah pribadi)

"Padahal agar bisa berkonsentrasi, maka dibutuhkan keadaan yang benar-benar rileks. Dalam objek anapanasati, yogi hanya perlu fokus merasakan sensasi yang 'bersinggungan' dengan gerakan napas dalam tubuh, terutama dinding hidung. Ini adalah praktik-praktik yang mesti dipahami para yogi dalam konteks kesadaran," papar Sayalay Daw Dipankara.

Menurutnya, pikiran yang mengembara dan meloncat-loncat ibarat "monyet liar" yang tidak bisa diam.

"Jangankan pencapaian jhana pertama, jika hal itu tak dapat diatasi para yogi dengan memusatkan perhatian pada satu objek maka dapat dipastikan meditasi yang dilakukan tidak akan berhasil," jelas Sayalay Daw Dipankara.

Saat memaparkan pengetahuan, terutama pengalamannya sebagai praktisi meditasi selama puluhan tahun kepada para Yogi di Madiva, ia menekankan pentingnya semangat dalam bermeditasi. Semangat itu juga harus disertai rasa melepas.

Gambar 3: Salayay Daw Dipankara tengah membimbing peserta retret meditasi, foto: Deborah limarno
Gambar 3: Salayay Daw Dipankara tengah membimbing peserta retret meditasi, foto: Deborah limarno

"Melepas keegoan, ini penting dalam perkembangan meditasi kita. Jika kaki atau tubuh kita terasa sakit, selama masih bisa ditahan rasa sakitnya, usahakan ditahan dan tidak mengubah-ubah posisi kaki saat duduk bersila. Pusatkan saja pada objek napas," kata Sayalay Daw Dipankara.

Ia menyinggung perihal sifat egoistik yang selalu dipertahankan manusia, termasuk para yogi. Untuk itu, ia tegas mengatakan yogi harus melepas 'kenyaman' terhadap jasmani.

"Makanya, mengapa yogi harus berkomitmen dan mengambil 'attasila' yang juga berarti harus melepas rasa-rasa nyaman yang selama ini dijalani sebagai umat awam. Harus menahan rasa lapar karena tidak bisa makan selepas tengah hari, bangun pagi hari sekitar jam tiga-empat dan langsung bermeditasi berjam-jam, tidak melakukan hal-hal lain yang menyenangkan," terang Sayalay Daw Dipankara.

Dengan demikian, imbuhnya, jasmani dan batin para yogi bisa harmonis sehingga apa yang menjadi tujuan adiluhung manusia dapat terwujud.

"Oleh karena itu, sila, samadhi, dan panna harus seiring dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari," kata Sayalay Daw Dipankara.

Gambar 4: _Salayay Daw Dipankara tengah mengamati para yogi yang sedang bermeditasi, foto: Deborah limarno
Gambar 4: _Salayay Daw Dipankara tengah mengamati para yogi yang sedang bermeditasi, foto: Deborah limarno

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun