Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Drama Dana Makan Pagi

3 September 2022   07:07 Diperbarui: 3 September 2022   07:18 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Drama Dana Makan Pagi (gambar: bigseventravel.com, diolah pribadi)

Tiba-tiba si baju merah nyerocos lagi, "Kalian berdua kok bisa ya, dana cuma satu macam seperti itu."

Temanku terperangah mendengar ucapan si baju merah, karena pada awalnya dia juga merasa kalau dana tidak cukup hanya satu jenis. Namun setelah kujelaskan kalau melakukan dana tidak usah berlebihan, berlomba, tidak mau kalah dengan orang lain, dan akhirnya mengeluh karena keterbatasan kantong.

"Saya tidak bisa seperti si enci, lihatlah dana kita berdua, ada jajanan pasar, nasi uduk lengkap dengan sayur asam dan ikan asin jambal roti. Tidak ketinggalan juga buahnya. Pokoknya komplitlah, dari hidangan pembuka sampai penutup dan mungkin tidak muat dalam satu troli" sambung si baju merah, tangannya sibuk mengupas jeruk.

"Saya ikut bermudita cita karena berkat dana enci yang super komplit, Bhante bisa makan enak pagi ini. Seandainya saja enci dapat dana makan seperti ini setiap paginya, betapa senangnya para Bhante dan yang pasti Bhantenya tidak jadi bisulan karena makan telur terus."

Ada keterkejutan di wajah meraka.

"Diusahakan dong ci, memberikan makanan lain. Kan tujuan kita berdana supaya diterima dan dimakan oleh Bhante ...." sambung si kuning.

"Tujuan saya berdana adalah untuk melepas kekikiran, keegoisan, kemalasan, kesombongan. Sayang sekali kalau kita sudah bangun pagi-pagi, pontang-panting dalam menyiapkannya, eh ...sampai di vihara, cuma untuk menggossip."

"Tidak usah mengurusi orang, fokus saja dengan diri sendiri. Sayang kan aturan dapat karma baik, eh jadi karma buruk deh gegara gosipin orang ..." imbuhku 

"Ci, yuk kita ikut chanting," ajak Feli sambil menarik tanganku. Dia takut kalau aku terpancing emosi bisa-bisa ribut sejagat deh.

"Tuh ci, gue takutnya kalau ketemu orang seperti itu, tidak enak kan dibacain kayak tadi," celetuk Feli saat berjalan ke Dhammasala.

"Nape ... omongan orang usil elo dengerin, elo tahu tidak, gue dijulukin si pelit sama mereka ?!" aku terkekeh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun