Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Moderasi Inti Ajaran Buddha

9 Agustus 2022   16:39 Diperbarui: 9 Agustus 2022   16:44 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kapabilitas dan Kualitas Diri

Manusia ingin hidup lebih baik dan lebih bahagia. Dengan cara mengatasi berbagai masalah dan derita hidupnya. Baik derita alamiah seperti lapar, sakit, tua dan lain-lain juga derita extra yang muncul dari keinginan yang tidak pernah habisnya.

Untuk itu manusia selalu berusaha menambah kapabilitas dan kualitas diri. Menambah kemampuan, kontrol diri dalam mengatasi masalah serta meningkatkan efektifitas diri. Kita belajar, bekerja, cari duit, cari kekuasaan, termasuk kita beragama, tujuannya tentu untuk meningkatkan kapabilitas dan kualitas diri.

Kapabilitas dan kualitas diri hanya akan meningkat bila organ fisik dan batin kita dapat berfungsi dengan optimal dan juga kita tahu menggunakan secara efektif.

Keseimbangan Hidup


Bagaimana agar organ lahir batin ini dapat berfungsi dengan baik?

Manusia telah mencapai kemajuan teknologi yang sangat memudahkan dan menyamankan hidup. Manusia menjadi lebih mampu dari hewan, karena bantuan teknologi. Dan hal terpenting karena kemajuan berpikir dan kemampuan akal budi yang diperoleh dari belajar baik dari pendidikan formal, informal, termasuk dari sisi keagamaan.

Kemampuan diri manusia hadir dari keseimbangan hidup. Manusia bisa berdiri, berjalan, berlari, beraktifitas karena adanya keseimbangan. Manusia bisa berpikir dengan baik juga karena adanya keseimbangan dalam memanfaatkan memori dan intelengensia-nya.

Tubuh bisa sehat penuh vitalitas juga karena adanya keseimbangan metabolisme dalam tubuh dan keseimbangan hormonal, keseimbangan cairan, nutrisi, suhu dan lain-lain.

Planet-planet dan alam ini bisa eksis hingga sekarang karena berada di dalam keseimbangannya.

Keseimbangan membuat manusia lebih berdaya dan sehat. Keseimbangan antar beraktifitas dan beristirahat, berpikir dan berbuat, iman dan ilmu, perasaan dan logika, akal dan keyakinan dll.

Hidup seimbang dalam beragama juga adalah salah satu aspek dalam keseimbangan hidup.

Inilah yang saat ini diberi istilah dengan Moderasi Beragama.

Keseimbangan dalam beragama adalah beragama secara berintegritas. Beragama  dengan melibatkan semua potensi diri. Hati pikiran, fisik dan energi semua berdaya, berkembang dalam nilai-nilai keluhuran, Sehingga membuat kita menjadi lebih berilmu, berbudi pekerti dan berkesadaran.

Agama hadir untuk memanusiakan manusia, membuat manusia lebih berdaya dan bermartabat.

Jika ada yang taat beragama tapi justru menurunkan kapabilitas dan kualitas diri berarti sudah menyimpang dari tujuan beragama. Disinilah dibutuhkan  Gerakan Moderasi dalam beragama, gerakan untuk mengembalikan cara pandang dan sikap ke esensi beragama yang sesungguhnya.

Majjhima Paipada, Jalan Moderat

Jalan Tengah atau Majjhima Patipada adalah jalan moderat yang diajarkan Sang Buddha dalam khotbahnya yang pertama dan utama.

Bagi umat Buddha, moderasi beragama bukan sekedar cara beragama tapi inti ajaran yang utama.

Dengan Majjhima Patipada, Jalan tengah atau jalan moderat ini, akan meningkatkan kapabilitas dan kualitas batin dalam melenyapkan dukkha dan penderitaan. Menjadikan hidup bahagia, harmonis dengan diri sendiri dan rukun harmonis dengan orang lain dan mahluk lain dan juga dengan alam sekitar.

Moderasi beragama adalah jalan yang ada di dalam diri kita masing-masing. Masalah, penderitaan adanya di dalam diri. Bukan diluar. Respon diri yang tidak tepat terhadap hal luarlah yang menimbulkan masalah. Pandemi, hujan, terik dan lain-lain bukan masalah bagi alam ini. Tapi akan menjadi masalah untuk diri bila respon tidak tepat.

Majjhima Patipada menghindarkan diri dari ekstrim pemuasan nafsu diatas kebutuhan dan ekstrim menyiksa diri hidup dibawah kebutuhan. Dahulu masalah terbesar manusia adalah kekurangan makan, kelaparan. Sekarang bencana terbesar manusia adalah kelebihan makan. Membuat makin banyak penderita diabetes, kolesterol dan berbagai penyakit. Ini karena ekstrim dalam berkonsumsi. Tidak moderat seimbang.

Majjhima Patipada adalah jalan tengah dalam 8 dimensi kepatutan. Meliputi berpandangan, berpikir, berucap, berbuat, bermatapencaharian, berdaya upaya, berperhatian, dan berkonsetrasi yang patut.

Di jalan ini manusia akan mencapai keharmonisan hidup, rukun dengan alam, mencapai kebahagiaan tetinggi terbebas secara permanen dari penderitaan atau nibbana. Melampaui toleransi, mencapai akseptansi, kemanunggalan dengan alam, tidak lagi hidup dalam dualisme baik buruk, salah benar, aku engkau.

Moderasi beragama adalah ajakan untuk kembali pada esensi Dhamma yaitu melaksanakan Majjhima Patipada atau jalan tengah untuk meningkatkan kapabilitas dan kualitas diri dalam memanusiakan manusia dan demi kebaikan semua mahluk.

Moderasi beragama adalah hidup dalam keseimbangan.

Seperti alam ini semua seimbang, Planet-planet bergerak tanpa benturan. Semua harmonis karena keseimbangan, Mentari terbit dalam keseimbangan, Terbit apa adanya, Terang sinar dan teriknya, Tanpa cinta kasih, Tanpa benci. Tanpa memberi, Tanpa meminta. Dia hanya terbit bersinar, dan Terbenam dalam malam.

Apa yang menjadi pembanding atau ukuran seseorang bisa dianggap sudah moderasi? 

Salah satu dari indikator implementasi Moderasi Beragama adalah terciptanya keharmonisan dan perdamaian.

Dalam Saraniya Dhamma, Sang Buddha menjelaskan terdapat enam faktor yang membawa keharmonisan;

(1) memancarkan cinta kasih dalam perbuatan;

(2) memancarkan cinta kasih dalam ucapan;

(3) memancarkan cinta kasih dalam pikiran;

(4) memberi kesempatan kepada sesama untuk ikut menikmati apa yang diperoleh secara benar;

(5) menjalankan kehidupan yang bermoral, tidak melukai perasaan orang lain; dan

(6) tidak bertengkar karena perbedaan pandangan. Itu semua dilakukan baik di depan mau pun di belakang mereka."

Sangat jarang orang yang hidup moderat secara utuh permananen. Sehingga kita sangat jarang bisa atasi suatu masalah secara baik. Sehingga tetap banyak muncul konflik.

Konflik itu bukan ada di tanah, di buah mangga, di duit. Tetapi didalam pikiran kita.

Uang jadi masalah besar dunia karena uangnya salah penempatan. Harusnya ditaruh di dompet atau di bank. Tapi umumnya orang menaruh duit dipikirannya. Sehingga kalau uang hilang, pikirannya ikut bermasalah.

Orang-orang yang hidup moderat. Memang hanya dia yang tahu apa dia damai atau stress. Tetapi orang yang luar bisa melihat dari sisi sikap ucapannya. Juga bisa dilihat dari sisi kondisi fisiknya.

**

Makassar, 9 Agustus
Penulis: Yonggris Lao

Ketua Permabudhi Sulawesi Selatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun