Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kisah Tasbihku dan Mantra Kuno nan Sakti

17 Juli 2022   15:16 Diperbarui: 17 Juli 2022   15:24 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Tasbihku dan Mantra Kuno nan Sakti (gambar: tricycle.org, diolah pribadi)

Disiang hari nan terik, di sela-sela tugas kantor untuk menjamu relasi, aku terpanggil ke sebuah toko penjual alat-alat sembayang yang ada di sisi kiri restoran. Setelah mengurus pesanan menu makanan, kutinggalkan para relasiku sejenak agar mereka bisa bebas berdiskusi.

Ketika kakiku memasuki toko itu, terlihat suram tiada berseri. Disertai dengan tampang penjualnya yang ketus, tak bersahabat, seperti tak berniat untuk melayani. Lalu, keisenganku timbul dengan sendirinya, kukitari ruangan dengan tanya sana sini.

Entah karena lelah, kesal, atau capek menghadapiku, si penjaga toko menuju tempat kerjanya dibalik meja etalase yang agak berdebu. Tiba-tiba mataku melihat seuntai tasbih dipojok tumpukan buku-buku. Kembali timbul kejailanku untuk menggoda si pemilik toko berwajah beku.

"Coba dong lihat tasbihnya dan berapa harganya," pintaku.

"Tidak dijual, itu barang bekas," jawabnya ketus sambil cemberut.

"Lihat boleh dong, lagipula kalau barang bekas tidak dijual kenapa ditaruh di lemari etalase? Siapa tahu aku jodohnya," aku ngeyel walau sebenarnya cuma ingin menggodanya.

Akhirmya sang penjaga toko mengeluarkan tasbih yang kuminta. Jelas ia kesal, karena tasbih itu agak dilempar ke atas etalase di hadapanku.

Aku termenung sebentar, bukan karena sikap penjaga toko yang kasar. Tapi ada sesuatu yang menarik pada tasbih itu. Modelnya benar-benar antik, bandulnya berbentuk labu. Di dalamnya terdapat ukiran Ruppang Buddha nan indah.

Untuk sesaat, mataku tak bisa lepas dari tasbih tersebut. Sesaat kemudian, konsentrasiku buyar dengan suara si penjaga toko yang tidak sabaran, "kalau mau, harganya seratus dua puluh lima."

Tawar menawar pun terjadi, tapi si penjaga toko seakan-akan bisa menerawang isi dompetku. Seratus dua puluh lima ribu rupiah kukeluarkan, tak lagi menyisakan seperak pun. Semua uang dari dompetku berpindah tangan ... kosonggg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun