Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meraih Kemenangan yang Sesungguhnya

8 Maret 2022   05:27 Diperbarui: 8 Maret 2022   05:28 1056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meraih Kemenangan yang Sesungguhnya. (diolah pribadi, gambar: unsplash.com)

Dalam kondisi saat ini terkadang kita selalu bertanya? Kapan sih pandemi akan berakhir?

Jika Pandemi berakhir pasti kita akan lebih menikmati hidup dengan lebih bebas. Bisa pergi kemana saja tanpa perasaan khawatir. Benarkah demikian?

Makan bakso si Abang Kumis, Nasgor di ujung jalan, Batagor asli bandung. Selanjutnya, tidak bisa saya tulis lagi akibat liur yang sudah berada di ujung lidah. (Bisa-bisa niat puasa batal, nich).

Apakah dengan berakhirnya pandemi, kemenangan yang sesungguhnya akan datang menyerta?

Ternyata tidak demikian lho teman-teman? Kok bisa!


Jika pandemi sudah selesai, bukan berarti semua masalah selesai. Masalah baru akan terus ada, karena semua kondisi adalah tidak pasti (Anicca). Lantas kita pun tidak bisa memastikan bahwa kemenangan itu milik kita selamanya.

Kemenangan yang harus dimenangkan, bukanlah kemenangan sesungguhnya. Kemenangan yang sesungguhnya, apabila hal itu tidak perlu dimenangkan lagi.

Jangan keburu mengerutkan dahi, begini maksudnya...

Menaklukkan penjahat yang ada di luar diri, adalah kemenangan yang harus dimenangkan lagi.

Sedangkah menaklukkan musuh yang ada di dalam diri, penjahat nafsu, merupakan kemenangan sesungguhnya.

Dalam Dhammapada 103

"Walaupun seseorang dapat menaklukan ribuan musuh dalam ribuan kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri."

Marilah kita mengambil contoh-contoh sederhana;

Katakanlah dua orang berselisih paham dan kemudian bertarung. Keduanya tidak mau mengalah, dan ingin menjadi pemenang.

Katakanlah salah satu dari mereka tergeletak tak berdaya hingga berdarah-darah. Apakah lawannya yang masih berdiri pantas disebut pemenang?

Bisa iya, tapi apa ukurannya? Sang pemenang mungkin juga berdarah, tapi tidak separah yang tergeletak. Di lain kesempatan, duel yang sama mungkin akan terus berlanjut hingga berbabak-babak. Belum ada pemenangnya.

Begitu pula dalam duel kata-kata. Kedua pihak yang bersiteru akan mengeluarkan jurus umpatan terbaiknya. Salah satu menangis, yang lain meringis.

Akhirnya kedua pihak pulang membawa perasaan yang teriris-iris. Tidak bisa makan, tidur tidak nyenyak, sakitnya tuh disini. Siapakah pemenangnya? Tidak ada, karena episode akan terus berlanjut hingga berseri-seri.

Sekarang bayangkanlah sebuah situasi yang berbeda.

Kedua petarung saling berdamai dan berjabat tangan. Tidak ada yang berdarah, tidak ada yang tergeletak, dan tidur pun jadi nyenyak.

Tidak ada pemenang, atau justru sebaliknya, keduanya adalah pemenang sejati. Berhasil menaklukkan ego masing-masing demi kebaikan diri sendiri dan juga lawannya.

Ternyata hal yang paling penting dari kemenangan sesungguhnya adalah fokus kepada diri sendiri.

Fokuslah kepada diri sendiri dalam mengembangangkan batin dan mengikis kekotoran batin, agar kita tidak terbawa untuk menghakimi orang lain yang belum tentu bersalah.

Karena sesungguhnya musuh yang paling besar adalah diri kita sendiri. Ketika kita bisa menaklukkan musuh terbesar tersebut, maka kita akan merasakan kemenangan yang sesungguhnya. Kita akan mendapatkan kedamaian dan memenangkan kebahagiaan.

Tentunya hal ini akan membawa dampak yang sangat positif untuk kehidupan kita ke arah yang lebih baik. Kehidupan yang membawa diri kita untuk melakukan kebajikan dalam kehidupan ini.

Berjuanglah dengan semangat, ulet dan gigih dalam menaklukan diri kita sendiri.

Karena yang dapat mengalahkan musuh terbesar adalah mereka yang bisa menaklukkan diri sendiri. Itu adalah kemenangan sejati yang akan membawa kebahagiaan.

**

Jakarta, 08 Maret 2022

Penulis: Yuliana untuk Grup Penulis Mettasik

dokumen pribadi, mettasik, yuliana
dokumen pribadi, mettasik, yuliana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun