Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini Bukti Jika Niat Baik Tidak Selamanya Bagus

13 Februari 2022   04:19 Diperbarui: 13 Februari 2022   06:40 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini Bukti Jika Niat Baik Tidak Selamanya Bagus (diolah pribadi, gambar: tankap layar ecommerce)

Sebabnya, pada saat itu memang tidak ada teman yang membahas tentang soal gemuk. Hanya makanan diet saja.

Pembicaraan di WA berubah menjadi tegang. "Yol, kasih tahu ke teman-temanmu untuk belajar merubah pola pikir, gak harus langsing untuk bisa menari dengan baik... [...]" dan seterusnya, dan seterusnya.  

Yang akhirnya di tutup dengan kalimat "Makanya posisi gue kalau senam di belakang saja deh, jadi teman-teman luh gak nyinyir kan!"

Aduh ada apa ini, terus terang saya tidak menyangka bisa menjadi seperti ini. Bukannya perbincangan hanya dimulai dari candaan.

"Sudahlah friend, tadi kan saya sudah ralat tidak ada teman yang berkomentar di grup kalau kita gendut-gendut kok. Maaf kalau saya salah. Kita case close saja yah." Saya kirimkan balasan dengan emoji boneka yang sedang menangis.

Ternyata permintaan maaf dan perkataan saya untuk menutup pembicaraan soal diet bertepuk sebelah tangan. Sang kawan terus menuliskan beberapa kalimat lagi yang bikin kuping panas. Saya hanya terdiam dan sadar kalau ini tidak bisa dilanjutkan.

Sejujurnya beberapa hari ke depan saya merasa sedih. Menyesali diri karena telah membuat sahabat baik saya ikut bersedih.

Walaupun kami sudah berkirim pesan pribadi untuk saling memaafkan, tetapi peristiwa itu membuat saya harus merenung dan mengintropeksi diri.

Saya menyadari nafsu keinginan saya untuk menerangkan tentang pola diet terlalu menggebu-gebu. Tetapi, akhirnya saya merasa bersalah.

Saya baru sadar jika tidak semua orang ingin diberikan penjelasan. Tidak semua orang ingin dibantu, dan tidak semua orang ingin mendengarkannya. 

Saya jadi malu, rasa cinta dan kepedulian saya terhadap teman untuk menerapkan ilmu yang saya pahami ternyata hanya menghasilkan perdebatan . 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun