Mohon tunggu...
grobak wae
grobak wae Mohon Tunggu... -

wonderful ye.. ye..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kepala Sekolah

2 Maret 2011   02:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:09 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Adalah dia si Bapak Toyib, Kepala Sekolah Dasar di salah satu desa di pelosok Indonesia tercintah... Ah, kenceng sekali ini bapak ngerokoknya, sama kayak saya...

Si bapak nan lembut tutur katanya ini bercerita tentang sekolahnya.

Yang pertama dia bahas adalah masalah penjaga sekolah. Ah, sekolahnya sudah 5 tahun ini tak punya penjaga sekolah tetap. Penjaga sekolah yang lama dulu sudah mengajukan pindah setelah dia lulus sekolah setara SMA, sekarang dia kerja di UPTD Pendidikan Kecamatan dan sedang kuliah S-1 katanya. Hal serupa juga terjadi pada penjaga sekolah sebelumnya, karena alasan pendidikan sudah tinggi dia mengajukan pindah, dan sekarang dia sudah sarjana dan bekerja di sebuah dinas di Kabupaten...

“Sebagus apapun sekolah dibangun, kalau tidak ada yang menjaga ya akan gampang rusak. Sekolah saya sudah lama tidak punya penjaga sekolah, kalau misal suatu saat diberi penjaga saya minta yang tidak bisa baca saja supaya tidak mengajukan pindah setelah dapat ijazah yang lebih tinggi..” Pak Toyib pun berkeluh kesah. Yah, di satu sisi memang sekolahnya butuh orang yang digaji penuh untuk menjaga sekolah, tapi di sisi lain dia juga tidak tega kalau menghambat karier seseorang, sementara sudah bertahun-tahun dari pemerintah juga tidak membuka formasi CPNS untuk penjaga sekolah.., jiah boro-boro penjaga sekolah lha wong guru PNS saja cuma ada 3 orang...

“Untuk menambal kekurangan pengajar, saya terpaksa merekrut tenaga honorer, termasuk dua orang anak saya, dulu sehabis lulus SMA sambil kuliah PGSD saya suruh saja mereka ngajar di kelas. Kalo anak saya yang besar sih alhamdulillah sudah diangkat karena dulu masuk tahun 2003, setahun kemudian diangkat kontrak daerah dan 2009 kemarin diangkat CPNS langsung tanpa tes. Kalo anak yang kedua belum diangkat, statusnya masih wiyata bakti karena baru masuk tahun 2006 jadi belom masuk pendataan waktu tahun 2005”

Hmm, saya lalu tercenung.., di satu sisi heroik sekali bapak ini, anak-anaknya dia didik untuk mengabdi memberi pengajaran pada anak SD sejak lulus SMA, dengan gaji kecil pula. Tapi, dalam pemahaman yang berbeda, saya pun bertanya, kenapa pula dia ngangkat anak-anaknya sendiri yang baru lulus SMA buat ngajar secara formal dan digaji walaupun kecil, apa benar di daerahnya memang benar-benar tidak ada orang lain lagi? Ah sudahlah, lagian juga saya hanya ketemu dia di warung kopi kok...


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun