Sebuah buah simalakama yang sudah disajikan Arsenal, terutama oleh Mikel Arteta dan Nicolas JoverÂ
Mengapa Kiper Tidak Diberikan Hak Seperti 'Pagar Betis'
Dua insiden ini memiliki benang merah yang sangat jelas: keduanya adalah upaya tim penyerang untuk "membongkar" sistem pertahanan yang dibuat untuk menjaga area vital.Â
Pagar betis dibuat untuk melindungi gawang dari tendangan bebas, dan aturan menetapkan pemain lawan tidak boleh berada kurang dari satu meter untuk membongkarnya.Â
Logika ini seharusnya juga berlaku untuk kiper di dalam kotak penalti pada momen sepak pojok.
Kiper adalah "pagar betis" bergerak terakhir. Ia adalah penjaga gawang yang tugasnya adalah mengamankan area.Â
Hipotesanya jelas, bahwa kiper tim yang bertahan seharusnya memiliki hak lebih untuk melindungi areanya, sama seperti pagar betis yang dibentuk untuk melindungi arah tembakan.Â
Aturan yang belum jelas ini akan membuat Arsenal dan banyak tim lain akan terus memanfaatkan celah ini, apalagi jika kiper lawan memiliki postur tidak terlalu besar seperti Altay Bayindir.
Jika sebuah dorongan kecil saja bisa menganulir gol tendangan bebas di Chelsea, seharusnya dorongan besar yang membuat kiper tidak bisa mengamankan bola juga harus dianggap pelanggaran.Â
Ini bukan hanya masalah interpretasi aturan, tetapi juga masalah keadilan dalam permainan. Jika kita ingin menjaga integritas sepak bola, perlindungan untuk kiper dan pagar betis harus diperlakukan sama.Â
Jika tidak, "buldozer" dan manuver licik akan menjadi senjata laten dalam pertempuran taktis di Premier League, dan itu bukanlah hal yang diinginkan oleh para penggemar sejati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI