Sorakan suporter Palace meledak, para pemain pun sempat merayakan, mengira mereka sudah unggul.
Namun, seperti halnya "suara hati" yang datang di saat tak terduga, ada panggilan dari VAR. Wasit Darren England dipanggil untuk melihat monitor di pinggir lapangan. Setelah peninjauan, sang pengadil membatalkan gol tersebut.
Melalui mikrofon, ia memberikan penjelasan yang jarang kita dengar di lapangan: "Setelah peninjauan VAR, wasit membatalkan keputusan awal gol untuk Crystal Palace. Setelah peninjauan, pemain tandang nomor enam (Marc Guehi) berjarak kurang dari satu meter dari pagar pemain saat tembakan dilakukan. Oleh karena itu, itu adalah tendangan bebas tidak langsung (untuk Chelsea) dan gol dianulir."
Apa yang sebenarnya terjadi? Pada tayangan ulang, terlihat bahwa bek Palace, Marc Guehi, secara sengaja mendorong Moiss Caicedo untuk membuka celah bagi Eze.Â
Caicedo, yang bukan bagian dari pagar betis konvensional yang berjajar rapi, justru didorong oleh Guehi ke arah pagar hidup itu sendiri. Posisi Guehi yang terlalu dekat, kurang dari satu meter, membuat ia terkena pelanggaran.Â
Ini sesuai dengan pasal 13 dari IFAB (Dewan Asosiasi Sepak Bola Internasional) yang berbunyi:
"Jika, saat tendangan bebas dilakukan, pemain tim penyerang berjarak kurang dari 1 m (1 yd) dari 'pagar pemain' yang dibentuk oleh tiga atau lebih pemain tim bertahan, tendangan bebas tidak langsung diberikan."
Uniknya, andai saja dorongan Guehi menjauh dari pagar betis Chelsea, gol tersebut mungkin bisa disahkan. Namun, karena aksinya mengarah ke pagar betis, hal itu dianggap sebagai upaya ilegal untuk membongkar pertahanan lawan.Â
Kejadian ini menjadi pengingat bahwa sepak bola modern bukan hanya soal mencetak gol, tetapi juga tentang memahami setiap pasal dan sub-pasal yang ada di buku aturan.
'Buldozer' Arsenal dan Keterbatasan Aturan untuk Kiper
Beberapa jam setelah kontroversi di London, kita beralih ke Old Trafford, di mana drama yang tak kalah menarik terjadi.Â