Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... FOOTBALL ENTHUSIASTS

Just Persistence

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Cristian Totti dan Deretan Kegagalan Anak Pesepakbola Mengikuti Jejak Ayahnya

1 Agustus 2025   14:25 Diperbarui: 1 Agustus 2025   18:11 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasiana - Di Roma, ada sebuah nama yang takkan pernah pudar dari ingatan. Francesco Totti, sang pangeran abadi, arsitek lapangan yang mengubah sepak bola menjadi sebuah seni. 

Sepanjang dua dekade dari tahun 1990 an, ia adalah jantung, jiwa, dan suara dari Stadio Olimpico. Sebuah legenda yang mengukir sejarah, bukan hanya untuk AS Roma, tetapi juga bagi sepak bola Italia dengan gelar Piala Dunia 2006. 

Ketika Totti gantung sepatu, Roma berduka. Namun, harapan baru muncul, sebuah nama yang membawa warisan, yakni putra mahkota, Cristian Totti. 

Harapan itu bukan sekadar bualan. Cristian, putra sulung Totti, menapaki jalur yang sama, tumbuh besar di akademi Roma, tempat ayahnya menaklukkan dunia. Setiap sentuhan bola, setiap langkahnya, seolah-olah dipantau oleh jutaan pasang mata, dibebani oleh bayang-bayang seorang maestro. 

Ekspektasi itu melambung tinggi, memimpikan sebuah trah yang akan melanjutkan simfoni indah di atas rumput hijau. 

Namun, 30 Juli lalu, tirai itu telah resmi diturunkan. Bukan melalui klimaks dramatis, melainkan dengan sebuah bisikan sepi. 

Di usia 19 tahun, Cristian Totti secara mengejutkan mengumumkan pensiun dari dunia sepak bola profesional. Keputusan ini datang saat ia bermain untuk tim kasta keempat Liga Italia, Olbia. 

Sebuah akhir yang ironis, bahkan tragis, bagi sebuah perjalanan yang digadang-gadang akan menjadi babak baru dalam sebuah dinasti. 

Kisah Cristian Totti adalah cerminan pahit dari sebuah realitas yang sering kali terabaikan: bahwa nama besar dan warisan genetik tidak menjamin sebuah kesuksesan. 

Ia hanyalah satu dari sekian banyak nama yang harus berjuang melawan bayang-bayang raksasa yang terlalu besar, ekspektasi yang terlalu berat, dan mimpi yang akhirnya harus dikubur dalam-dalam. 

Kisahnya membuka lembaran-lembaran lain dari para putra legenda yang harus menerima kenyataan pahit, bahwa takdir tidak selalu berpihak pada anak-anak pahlawan. 

Akhir Sebuah Trah di Kasta Serie D

Perjalanan Cristian Totti di lapangan hijau adalah sebuah cerita tentang harapan yang terkikis oleh realitas. 

Ia memulai karier juniornya di tempat yang sama dengan ayahnya, akademi AS Roma. Publik Roma mengamatinya dengan penuh harap, berharap melihat percikan-percikan keajaiban yang serupa. 

Namun, Cristian tidak memiliki sentuhan magis ayahnya. Ia adalah pemain yang berbeda, seorang striker yang berjuang untuk menemukan ritme dan ketajamannya. 

Setelah bertahun-tahun di Roma, ia pindah ke tim junior Frosinone, lalu ke klub Serie D, Olbia, pada musim 2023-2024. Di level amatir inilah, di antara para pemain yang juga berjuang untuk hidup, Cristian Totti mengambil keputusan berat. 

Keputusannya untuk pensiun di usia yang begitu muda seolah-olah menjadi pengakuan bahwa jalan ini terlalu terjal, beban nama Totti terlalu berat. Ini adalah akhir yang sunyi bagi sebuah trah yang seharusnya mengaum. 

"Saya tidak bisa mengatakan banyak, tapi saya mengonfirmasi bahwa saya pensiun. Saya tidak akan bermain sepak bola lagi," ujar Cristian dalam wawancara dengan La Nouva via kompas.com.

Tak akan jauh dari dunia sepak bola, kini Cristian Totti dikabarkan akan bekerja bersama sang kakak, Riccardo, dalam mengelola Totti Soccer School---sekolah sepak bola milik keluarga Totti yang berbasis di Italia.

Bayang-bayang Raksasa yang Menelan Anak Sendiri

Kisah Cristian Totti bukanlah anomali. Sejarah sepak bola dipenuhi dengan kisah-kisah serupa, di mana anak-anak pesepak bola legendaris gagal mencapai level yang sama dengan ayah mereka. 

Brooklyn, Romeo, dan Cruz Beckham: Anak-anak dari ikon global David Beckham ini mencoba peruntungan di sepak bola, namun tak satupun yang berhasil menembus tim utama. Mereka akhirnya beralih ke dunia lain, dari fotografi hingga modeling. 

Berikutnya ada Enzo, Luca, dan Theo Zidane: Ketiga anak dari maestro lini tengah, Zinedine Zidane, ini semuanya sempat bermain di Real Madrid. Namun, mereka tak pernah mampu keluar dari bayang-bayang kehebatan ayah mereka dan harus merantau ke klub-klub lain dengan karier yang stagnan. 

Lalu ada Diego Sinagra (Maradona Jr.): Putra dari Diego Maradona ini sempat menunjukkan bakat, namun kariernya jauh dari cemerlang. Ia lebih dikenal karena kontroversi dan warisan nama besar, bukan karena prestasi di lapangan.

Kembali membahas kegagalan Cristian meneruskan kejayaan Francesco Totti, mantan pelatihnya yang juga rekan setim Francesco Totti ketika masih bermain, Marco Amelia, memberikan pandangan.

"Menurut saya, dia bisa punya karier bagus di Serie C atau Serie B. Tapi menjadi anak Totti berdampak pada penilaian orang. Tekanannya terlalu besar," ujarnya dikutip dari kompas.com.

Di era kemudahan media sosial sekarang ini, tentu kritikan dan perbandingan langsung antara anak dan ayah bisa disampaikan dengan gamblang oleh bayak orang.

Bisa jadi, tekanan inilah yang akhirnya lebih mempengaruhi sisi mental sang anak untuk bisa mengembangkan bakatnya. Walaupun secara skill ia bisa menandingi atau bahkan lebih daripada ayahnya.

Takdir yang Berbeda dan Harapan Baru

Meskipun demikian, ada beberapa nama yang membuktikan bahwa warisan genetik terkadang dapat menjadi jembatan menuju kesuksesan. Ada yang bahkan berhasil melampaui kebesaran ayah mereka. 

Sebut saja Erling Haaland: Putra dari Alf-Inge Haaland ini telah menjadi salah satu striker paling mematikan di dunia, sebuah pencapaian yang jauh melampaui karier ayahnya.

Lalu ada Marcus Thuram: Anak dari Lilian Thuram, bek legendaris Prancis, ini telah menjelma menjadi penyerang andalan Inter Milan dan timnas Prancis. 

Bersama adiknya Kephren Thuram yang bermain di Juventus, kedua trah Thuram ini tenga dalam proses menjajah Serie A.

Sementara itu, generasi baru anak-anak pesepak bola tengah meniti karier mereka dengan penuh perjuangan. Publik menantikan apakah mereka bisa memecahkan kutukan yang seolah-olah menaungi anak-anak legenda. 

Di antaranya ada Daniel Maldini: Putra dari legenda AC Milan, Paolo Maldini. Ia kini sedang berjuang di level atas Serie A bersama Atalanta dan sudah mendapat caps Timnas Azzurri, mencoba membuktikan bahwa ia layak meneruskan nama besar ayahnya.

Kemudian ada juga Robinho Jr, anak dari mantan pemain Real Madrid, Manchester City, dan AC Milan yang memiliki nama sama dengan ayahnya. 

Robinho Jr menunjukkan potensi besar di kompetisi Brasil bersama Santos U-20 dan kini dilindungi oleh banyak pesepakbola Brasil agar tidak terkontaminasi oleh kasus yang tengah mendera ayahnya 

Dari Brasil juga ada Enzo Alves (Marcelo Jr.): Anak dari Marcelo ini juga menunjukkan bakatnya di akademi Real Madrid dengan berposisi sebagai striker yang diakui akan kemampuannya sebagai predator ulung.

Dan terakhir, dunia tentu akan menantikan sebuah kelanggengan trah Cristiano Ronaldo Jr.: Putra dari megabintang Cristiano Ronaldo ini digadang-gadang memiliki bakat luar biasa dan kini tengah diasah di akademi Al Nassr.

Bisa jadi, beban Cristiano Ronaldo Jr akan lebih besar daripada Cristian Totti, dan semoga ia bisa menapaki jalan kariernya sendiri dengan gemilang.

Potensi untuk dibandingkan dengan ayahnya tak akan bisa lekang, namun semua bisa digapainya jika terus mampu untuk berjuang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun