Tonali, yang juga seorang gelandang bertahan muda Italia, diproyeksikan sebagai pemain andalan dan pemimpin di masa mendatang, bahkan digadang-gadang sebagai "The Next Pirlo" atau "The Next Gattuso" karena kombinasi skill dan grinta-nya. Ia sempat menjadi idola baru di San Siro, menunjukkan performa gemilang yang membuat tifosi jatuh cinta.
Namun, romansa itu tak berlangsung lama. AC Milan, yang saat itu mungkin masih berjuang menyeimbangkan neraca keuangan, takluk oleh rayuan 70 juta Euro dari Newcastle United musim panas 2023.Â
Sebuah tawaran yang sulit ditolak, dan Tonali pun angkat kaki dari Milanello. Kepergiannya meninggalkan lubang besar di lini tengah dan kekecewaan mendalam bagi para penggemar.Â
Setelah itu, kejadian kembali berulang, Rossoneri kembali melepas gelandang andalan lainnya, Tijjani Reijnders, ke Manchester City.
Kini, dengan kedatangan Ricci yang setipe dengan Tonali --- sama-sama gelandang Italia dengan potensi besar --- muncul kekhawatiran yang sama. Apakah Ricci hanya akan menjadi "dapur masak" Milan, tempat ia dipoles, dikembangkan, dan kemudian dilepas dengan harga mahal di musim berikutnya?Â
Sebuah siklus yang mungkin menguntungkan secara finansial, namun bisa merugikan ambisi jangka panjang klub untuk membangun tim yang stabil dan kompetitif di level tertinggi.
Proyek ini, jika hanya berorientasi pada keuntungan transfer, akan mengikis kepercayaan tifosi dan menghambat proses pembangunan tim yang solid. Milan perlu menunjukkan komitmen jangka panjang terhadap pemain-pemain muda berbakat seperti Ricci, menjadikannya fondasi tim, bukan sekadar komoditas yang bisa dijual kapan saja. Ricci harus menjadi pilar jangka panjang.
Lini Tengah Milan: Penuh Sesak, Minim Kreativitas?
Kedatangan Samuele Ricci memang menjanjikan peningkatan kualitas di kedalaman lini tengah skuad Massimiliano Allegri. Ia akan bergabung dengan barisan gelandang yang sudah bercokol: Youssouf Fofana, Ruben Loftus-Cheek, Tommaso Pobega, dan dua pemain yang sudah kembali dari masa peminjaman, Ismael Bennacer serta Yacine Adli.Â
Secara kuantitas, lini tengah Milan memang terlihat "penuh sesak". Namun, jujur dikata, kuantitas tidak selalu berarti kualitas dalam hal variasi.Â
Lini tengah Milan, meskipun dihuni banyak nama, masih sedikit kekurangan dimensi kreativitas seperti yang ditawarkan Tijjani Reijnders. Reijnders adalah gelandang box-to-box yang memiliki kemampuan passing progresif, visi untuk membuka pertahanan lawan, dan skill dribbling yang bisa memecah garis. Ia adalah playmaker dari kedalaman.
Ricci, di sisi lain, adalah gelandang bertahan yang terkesan lebih flamboyan, mirip seperti peran Rodri di Manchester City.Â