Kompasiana - Dari hiruk-pikuk bursa transfer Januari 2023 lalu, sebuah nama mencuat dan menjadi perbincangan hangat di seluruh penjuru Eropa: Enzo Fernandez. Sang gelandang muda Argentina, yang saat itu baru saja membawa negaranya juara Piala Dunia 2022, diboyong Chelsea dari Benfica dengan mahar fantastis 107 juta pounds.
Sebuah angka yang bukan hanya memecahkan rekor transfer The Blues, tetapi juga menjadi salah satu tiang pancang ambisius dari bos anyar Todd Boehly yang baru saja mengambil alih kendali klub.Â
Awalnya, perjalanan Enzo di London Barat tak semulus yang diharapkan. Ia sempat kesulitan beradaptasi dengan kerasnya Premier League, ritme pertandingan yang lebih cepat, dan tekanan ekspektasi yang begitu besar.
Namun, musim lalu, kisah itu mulai berubah drastis. Duetnya di lini tengah bersama Moises Caicedo, yang juga didatangkan dengan harga mahal, mulai menunjukkan chemistry dan konsistensi. Keduanya menjadi jantung permainan The Blues, mengantar Chelsea bertengger di peringkat empat liga dan, yang paling penting, mengangkat Trofi Conference League.Â
Enzo Fernandez kini tidak hanya menjadi gelandang pivot yang solid, ia juga menjelma menjadi deputi Reece James sebagai kapten Chelsea, menunjukkan bagaimana perkembangan leadership-nya yang kian matang.Â
Minggu (29/6/2025) pukul 03.00 dini hari nanti, di Bank of America Stadium, Charlotte, akan menjadi saksi reuni akbarnya dengan klub yang berjasa mengorbitkan namanya, Benfica.
Ini adalah panggung di mana ia harus membuktikan bahwa harganya sepadan, dan kepemimpinannya sudah berada di level elite, dihadapan perasaan emosional terkait masa lalunya.
Persiapan Kedua Tim
Chelsea, yang awalnya diprediksi bisa menjadi juara Grup D di Piala Dunia Antarklub, harus menerima "nasib baik" sekaligus konsekuensi sebagai runner-up.
Ironisnya, hal ini terjadi karena di Grup C, Bayern Munchen yang awalnya diprediksi akan menjadi juaranya, harus mengakui keunggulan Benfica. Sebuah kejutan yang membuat Chelsea kini harus berhadapan dengan mantan klub Enzo Fernandez.Â
Konsekuensi logis sebagai tim runner-up grup adalah mereka harus bermain di lokasi awal dari juara grup yang akan dilawannya. Menurut laporan dari Reuters, hal ini menyebabkan masalah akomodasi yang tidak sedikit bagi Chelsea, karena harus boyongan ke Charlotte alih-alih tetap bermain di Miami. Sebuah detail kecil yang bisa mengganggu persiapan tim.