Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... FOOTBALL ENTHUSIASTS

Just Persistence

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengejar Cahaya di Bumi Nusa Tenggara Timur: PLTS dan Misi MengEmaskan Indonesia

26 Juni 2025   21:51 Diperbarui: 28 Juni 2025   16:05 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi seremonial pembangunan PLTS dalam TJSL PT. Pegadaian di Batam. Sumber : Dok. Pegadaian

Ini bukan lagi soal belas kasihan, melainkan keadilan fundamental. Lalu, di mana peran para raksasa korporasi, para pemegang modal besar, yang memiliki tanggung jawab sosial yang begitu besar?

Apakah mereka akan terus memejamkan mata, atau berani melangkah? 

Sebuah contoh datang dari PT Pegadaian yang sudah ikut ambil bagian dalam mendukung SDGs 7 melalui langkah-langkah yang fokus pada efisiensi dan tanggung jawab lingkungan. Bulan Februari 2025, PT Pegadaian membangun PLTS di pesantren Darussalam Al-Gontory, Batam dalam program TJSL Pegadaian nya.

Ini bukan hanya tentang cahaya, ini tentang harapan.

Ironi Kesenjangan dan Potensi Surya di Tanah Terlupakan

Kesenjangan energi di Indonesia, terutama di wilayah timur, adalah ironi yang menyedihkan. Di satu sisi, kita adalah negara dengan potensi energi terbarukan melimpah ruah, terutama energi surya. 

Matahari bersinar nyaris sepanjang tahun di garis khatulistiwa. Namun di sisi lain, jutaan rakyat kita masih hidup dalam kegelapan atau bergantung pada sumber energi yang mahal dan tidak efisien. Nusa Tenggara Timur, dengan kondisi geografis kepulauan dan akses yang sulit, menjadi salah satu wilayah yang paling merasakan dampak pahitnya ketidakmerataan ini.

Permasalahan listrik yang persisten di pedalaman Flores bukan sekadar ketidaknyamanan. Ia adalah hambatan nyata bagi kemajuan. Bayangkan: anak-anak tak bisa belajar optimal di malam hari karena penerangan yang minim, usaha kecil sulit berkembang karena keterbatasan jam operasional dan biaya listrik yang tinggi, dan keselamatan warga terancam di jalanan yang gelap gulita. 

Jalan Trans Flores yang membentang dari Labuan Baju ke Maumere, sebagai tulang punggung konektivitas antar-wilayah, seharusnya menjadi contoh prioritas. 

Di sinilah potensi energi surya menjadi begitu relevan dan, jujur saja, tak terbantahkan. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) menawarkan solusi yang ideal, berkelanjutan, dan yang terpenting, terdesentralisasi. 

Desa-desa yang sulit dijangkau jaringan listrik konvensional tak perlu lagi menunggu uluran kabel panjang yang memakan biaya dan waktu. Dengan PLTS skala kecil atau menengah, bahkan dengan unit-unit lampu jalan bertenaga surya mandiri, cahaya bisa langsung hadir di tengah masyarakat. 

Indonesia Emas 2045: Merajut Keadilan dari Cahaya Matahari

Visi besar Indonesia Emas 2045 adalah sebuah cita-cita mulia, sebuah lompatan kuantum menuju bangsa yang maju, adil, dan makmur. Namun, kemajuan sejati tidak akan pernah terwujud jika ia hanya terpusat di satu titik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun